Masjid Ngadinegaran: Perpaduan Arsitektur Jawa-Indis di Sumbu Filosofi Yogyakarta

  • Whatsapp
Masjid Ngadinegaran Yogyalarta
Masjid Ngadinegaran Yogyalarta (Ist)

BacaJogja — Masjid Ngadinegaran di kawasan Mantrijeron kini tampil baru dan megah setelah melalui proses renovasi tahap pertama. Masjid yang berdiri di jalur Sumbu Filosofi Yogyakarta ini memadukan arsitektur Jawa dan Indis, mencerminkan harmoni antara nilai keislaman dan kebudayaan khas Yogyakarta.

Peresmian hasil renovasi dilakukan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, pada Jumat (31/10/2025). Hadir pula Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, yang menyampaikan apresiasi tinggi atas upaya kolektif masyarakat dalam menjaga warisan spiritual dan budaya kota.

Read More

Dalam sambutan yang dibacakan oleh Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkot Yogyakarta, Yunianto Dwisutono, Hasto menegaskan bahwa renovasi ini bukan sekadar pembaruan fisik, melainkan juga cerminan semangat umat dalam melestarikan nilai keagamaan dan kebudayaan Islam di Yogyakarta.

Baca Juga: Pameran “Ro’an” Lesbumi NU DIY: Menyalakan Semangat Gotong Royong Lewat Seni di Yogyakarta

“Masjid Ngadinegaran bukan hanya rumah ibadah, tetapi juga penanda spiritual dan kultural yang menyatukan nilai keislaman dengan filosofi tata ruang Yogyakarta. Merawat masjid berarti menjaga nilai-nilai luhur kota berbudaya dan beriman,” ujar Yunianto membacakan sambutan Wali Kota.

Hasto berharap Masjid Ngadinegaran dapat terus menjadi ikon spiritual di kawasan Sumbu Filosofi. Ia mendorong agar masjid tidak hanya kokoh bangunannya, tetapi juga hidup dengan kegiatan keagamaan, pendidikan, sosial, dan pemberdayaan umat.

Sementara itu, Perwakilan Takmir Masjid Ngadinegaran, Yuwono Sri Suwito, menjelaskan bahwa masjid ini awalnya dibangun pada 1979 dan selesai pada 1980. Seiring waktu, kapasitas masjid tidak lagi mencukupi jamaah, khususnya saat salat Jumat, sehingga dilakukan renovasi besar pada 2024 dengan biaya sekitar Rp 2,6 miliar.

Baca Juga: Sri Sultan Dukung KPK Gelar Hari Anti Korupsi Sedunia 2025 di Yogyakarta

Yuwono menambahkan, desain baru masjid disesuaikan dengan aturan tata ruang Sumbu Filosofi Yogyakarta yang diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia. Bangunan masjid kini menampilkan atap bersusun tiga bergaya Jawa dan badan bangunan bergaya Indis.

“Bagian atap bersusun tiga melambangkan perjalanan spiritual manusia menuju kesempurnaan hidup, dari syariat, tarekat, hakikat hingga ma’rifat,” jelas Yuwono.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam sambutannya menilai Masjid Ngadinegaran mencerminkan perpaduan ideal antara syariat Islam dan budaya Yogyakarta. Ia mengajak umat Islam untuk memaknai renovasi masjid ini secara substantif, bukan sekadar simbolik.

Baca Juga: Bocah Patah Tulang Akibat Kecelakaan di Bantul, Polisi Imbau Orang Tua Lebih Ketat Awasi Anak

“Masjid harus menjadi pusat ibadah, pendidikan, dan kebudayaan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Juga tempat memperkuat relasi sosial dengan masyarakat lintas agama,” pesan Haedar.

Dengan wajah barunya, Masjid Ngadinegaran bukan hanya berdiri sebagai tempat ibadah, tetapi juga simbol harmoni keislaman dan kebudayaan Jawa di jantung Sumbu Filosofi Yogyakarta. []

Related posts