Bantul – Sejumlah warganet bertanya-tanya di media sosial sekelompok orang saling melempar kotoran di sekitar Jalan Jejeran Pleret, Bantul, Yogyakarta. Mereka tak ubahnya seperti tawuran yang melibatkan banyak orang yang didominasi para pemuda. Kejadian tersebut berlangsung pada minggu malam di hari terakhir Ramadan pukul 00.00 WIB.
Ternyata pemandangan yang sebagian membuat orang penasaran tersebut bagian dari tradisi menjelang Lebaran. Ya, kegiatan tersebut merupakan cara unik untuk menyambut Idul Fitri. Bagaimana tidak, Seminggu jelang hari raya, mereka menggelar kegiatan tawuran antara pemuda setempat.
Seorang pemuda setempat, Khoirul, 25 tahun, mengatakan, tradisi unik ini digelar setiap minggu malam di hari terakhir Ramadan. Ratusan pemuda menyemarakkan baku hantam dari berbagai amunisi buatan. Mulai dari telur busuk, air, kuah gulai kambing, sampah, sampai dengan kotoran sapi. “Ini adalah tradisi turun temurun pemuda kampung sejak dulu,” katanya, Senin, 10 Mei 2021.
Baca Juga:
Dia mengatakan, dalam tradisi ini amunisi sudah disiapkan sebelumnya kemudian dilempar sampai membuat lawan mundur. Tradisi cukup nyeleneh tersebut tidak mengandung unsur kekerasan maupun dendam kepada orang atau kelompok. “Sebenarnya tujuannya untuk mengakrabkan antar pemuda desa melalui kegiatan yang seru-seruan. Intinya ra oleh nesu (tidak boleh marah),” ucap dia.
Dalam acara ini, ada empat desa yang ikut terlibat dalam tradisi tawuran lempar kotoran ini, yakni Desa Wonokromo, Brajan Karanganom melawan Jejeran 1 dan Jejeran 2 Pleret.
“Sebenarnya tujuannya untuk mengakrabkan antar pemuda desa melalui kegiatan yang seru-seruan. Intinya ra oleh nesu”
Menurut dia, kegiatan berlangsung selama kurang lebih satu jam saat jalanan sepi. Tujuannya agar tidak mengganggu warga dan pengguna jalan lain. Tradisi pemuda desa di Kapanrwon Pleret ini menimbulkan pro dan kontra, namun mereka tetap ingin menjunjung tradisi yang sudah turun temurun sejak dulu tersebut.
Khoirul melanjutkan, untuk memenangkan tawuran, pemuda desa biasanya sudah menyiapkan amunisinya sejak jauh hari sebelum tawuran berlangsung. Seperti yang dilakukan oleh kelompok pemuda dari Desa Jejeran.
Baca Juga:
Pemuda yang tidak ingin terkena kotoran mendarat di tubuh, biasanya mereka menggunakan pelindung diri seperti jas hujan plastik. “Dalam beberapa kali pertempuran rata-rata dimenangkan oleh regu Jejeran. Karena stok amunisi air plastik dan kotoran sapi paling banyak,” ujarnya.
Lantas setelah usai tradisi tawuran ini, mereka juga bertanggung jawab. “Setelah selesai ya kami membersihkan sampah-sampah plastik yang berserakan di jalan, bersih seperti sedia kala,” ungkap Khoirul. []