Yogyakarta – Prof dr. Adi Utarini, MSc., MPH, PhD, peneliti sekaligus Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Univeritas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, masuk daftar 100 orang berpengaruh di dunia tahun 2021 versi majalah TIME yang dirilis pada Rabu, 15 September 2021.
Prof. Uut, sapaan akrabnya ini masuk kategori pionir karena memimpin penelitian teknologi Wolbachia untuk pengendalian dengue di Yogyakarta bersama World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta.
Dia mengaku sangat bersyukur namanya dalam daftar #100TIME. “Ini merupakan berkah dari Allah SWT bagi tim penelitian kami di World Mosquito Program Yogyakarta. Ini adalah apresiasi bagi peneliti-peneliti dan seluruh tim yang telah terlibat dalam penelitian, juga mitra kami yaitu Monash University, World Mosquito Program Global, dan Yayasan Tahija sebagai lembaga filantropi yang mendukung penuh penelitian ini,” katanya, Sabtu, 18 September 2021.
Baca Juga: Pakar UGM Yogyakarta Sebut Varian Mu Tidak Seganas Delta
Menurut dia, penobatan ini sekaligus apresiasi bagi masyarakat Yogyakarta yang telah sangat terbuka dengan inovasi, dan pemerintah daerah Yogyakarta yang mendukung penelitian ini. “Semoga penelitian ini bermanfaat lebih luas, untuk mengurangi beban masyarakat karena dengue,” tuturnya.
Kolaborasi WMP Yogyakarta (sebelumnya bernama Eliminasi Dengue Project – EDP) merupakan kolaborasi antara FK-KMK UGM, Monash University dan Yayasan Tahija. Teknologi Wolbachia ditemukan oleh Founder dan Direktur WMP Global, Prof. Scott O’Neill di tahun 2008.
WMP yang diinisiasi oleh Monash University ini merupakan lembaga nonprofit yang hadir dengan tujuan melindungi komunitas global dari penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. Secara garis besar kewilayahan, WMP beroperasi di 11 negara termasuk Indonesia.
Baca Juga: Mahasiswa UGM Yogyakarta Sulap Limbah Kulit Salak Jadi Permen Antidiabetes
Peneliti Pendamping WMP Yogyakarta dan Direktur Pusat Kedokteran Tropis FKKMK UGM dr. Riris Andono Ahmad, M.P.H., Ph.D, menyampaikan, penelitian pengembangan teknologi Wolbachia telah dimulai sejak 2011. Fase awal penelitian dilakukan untuk memastikan keamanan Wolbachia, dilanjutkan dengan pelepasan di area terbatas.
Menurut dia, pada 2017, uji efikasi Wolbachia dengan metode Randomised Controlled Trial dilakukan di Kota Yogyakarta dengan membagi wilayah Yogyakarta menjadi 24 klaster, dengan 12 klaster mendapatkan intervensi Wolbachia, dan 12 klaster lainnya menjadi area pembanding.
“Hasil uji efikasi Wolbachia ini menunjukkan hasil yang menggembirakan, yaitu Wolbachia efektif menurunkan 77 persen kasus dengue, dan menurunkan 86 persen kasus dengue yang dirawat di rumah sakit,” kata Donnie, sapaan akrabnya.
Baca Juga: UGM Yogyakarta Borong 14 Medali Kompetisi Nasional MIPA
Donnie menjelaskan, pada 2021, WMP Yogyakarta bekerja sama dengan Pemkab Sleman melalui Dinas Kesehatan setempat mulai melakukan implementasi teknologi Wolbachia. Selanjutnya pada 2022 akan menerapkan teknologi ini di Kabupaten Bantul.
Entomology Team Leader WMP Yogyakarta Warsito Tantowijoyo, Ph.D, menyoroti tentang aspek keamanan Wolbachia yang merupakan bakteri alami yang terdapat pada 60 persen serangga, dan hanya hidup di dalam serangga. “Wolbachia dalam Aedes aegypti bekerja dengan menghambat perkembangan virus dengue di dalam tubuh nyamuk sehingga saat nyamuk menggigit manusia, tidak terjadi transmisi virus dengue,” ujar Warsito.
UGM berharap Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dapat mulai mengadopsi teknologi Wolbachia ini sebagai salah satu strategi nasional dalam pengendalian nyamuk demam berdarah. Berharap pula penelitian WMP Yogyakarta ini dapat menginspirasi para peneliti di Indonesia untuk semakin giat melakukan penelitian yang dapat menjawab tantangan bangsa dan dunia. []