BacaJogja – Bagi masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta sudah awam dengan kain lurik. Kain ini bagi kaum pria digunakan sebagai bahan surjan sebagai pakaian khas. Sedangkan bagi perempuan digunakan sebagai bahan kebaya.
Lurik sendiri berasal dari bahasa Jawa, lorek yang berarti garis-garis. Maknanya melambangkan kesederhanaan.
Setidaknya ada lima motif lurik yaitu :
– Lurik Kuwung
motif garis lebar dan hadir dalam beragam warna.
Baca Juga: Dompet Dhuafa Jogja Salurkan Bantuan kepada Kelompok Pengrajin Batik Lurik Klaten
– Lurik Telupat (tiga + empat = tujuh/pitu : pitulungan)
Corak lajuran yang berjumlah tujuh. Terdiri dari satuan kelompok motif dengan empat lajur dan satuan lainnya berjumlah tiga lajur.
Konon motif Telupat ini diciptakan Pangeran Mangkubumi atau Sultan HB I. Sejak Sultan HB V motif lurik Telupat ini ditetapkan sebagai bahan peranakan abdi dalam Kasultanan Keraton Yogyakarta.
– Lurik Udan Liris (hujan gerimis).
Memiliki motif garis dengan gradasi samar samar mirip seperti rintik hujan.
Baca Juga: Keluarga Pendiri Mataram Islam di Kotagede Yogyakarta Beri Pusaka Cakra kepada Anies Baswedan
– Lurik tumbar pecah, motif kotak-kotak kecil.
Biasanya terdiri dari dua warna, seperti hitam dan putih atau hitam dan kuning.
– Lurik paling populer adalah Lurik Sapit Urang.
Motif garis-garis geometri seperti capit udang. Motif ini melambangkan strategi perang para prajurit keraton.
Baca Juga: Pedestrian Kotabaru Jadi Ajang Catwalk Fashion Show Batik Ecoprint Yogyakarta
Dulunya mereka punya strategi khusus, di mana mereka mengepung musuh dari arah kiri dan kanan dengan kekuatan bertumpu di tengah.
Lurik ini yang paling mudah ditemukan dan biasa dipakai saat ada acara atau kegiatan. (Sumber: Sejarah Jogyakarta)