BacaJogja – Ketika berbicara tentang perempuan di Indonesia, banyak kisah kelam yang mewarnainya. Kedudukan perempuan sering kali berada di bawah peran laki-laki, sehingga perempuan kerap dianggap sebagai bayang-bayang laki-laki.
Karena itulah, berbagai komunitas perempuan mulai bermunculan sebagai wadah pemberdayaan. Salah satunya di Yogyakarta, ada komunitas bernama Teman Kartini, yang lahir bertepatan dengan peringatan Hari Kartini.
Baca Juga: BPKH Limited Gandeng Sidra Capital untuk Kelola 5 Hotel di Arab Saudi
“Komunitas ini lahir pada tahun 2022, saat COVID-19 sedang meningkat. Bulannya, April, tepat pada Hari Kartini, jadi 21 April,” ungkap Alifa, pendiri komunitas ini.
Dalam perjalanannya, sebagai wadah kaum perempuan, banyak tantangan yang dihadapi oleh Teman Kartini. Hal ini disampaikan Alifa saat diwawancarai oleh tim BacaJogja pada Kamis, 10 Oktober 2024.
Baca Juga: Mengintip Proses Batik Sogan di Wijirejo Bantul, Karya Tangan yang Mewarnai Dunia
“Pasti banyak banget struggle-nya, apalagi kita punya tujuan memberikan dampak sosial yang luas, bukan hanya untuk anggota Teman Kartini saja. Tantangan yang masih kita hadapi sampai sekarang, yang pertama, adalah bagaimana caranya kita bisa membangun relasi dengan pemangku kebijakan terkait, supaya bisa membantu kami menyuarakan apa yang ingin kami suarakan,” jelasnya.
Ia juga menambahkan, “Yang kedua, kita masih terus belajar agar Teman Kartini bisa diterima masyarakat luas saat kami menyuarakan sesuatu. Misalnya, saat kita menjalankan proyek pemberdayaan sosial, seperti di panti jompo atau TPS Piyungan, itu tidak mudah. Karena latar belakang mereka berbeda-beda, tantangannya adalah bagaimana kami bisa diterima dan dipandang layaknya teman serta diterima di lingkungan mereka.”
Baca Juga: Peluang Karir PPPK 2024: Pemkab Sleman Buka 589 Formasi, Simak Persyaratannya
Dengan target audiens perempuan dan Gen Z, Teman Kartini memiliki pendekatan yang unik dalam mengemas berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan mereka.
“Keunikan kami adalah dalam metode mengadvokasi sesuatu. Misalnya, dalam mengadvokasi pemberdayaan perempuan, kami mengemasnya dengan cara yang kreatif dan inovatif, tidak selalu tentang materi. Kami praktek langsung, sehingga lebih mudah diterima oleh target kami, terutama anak-anak muda,” jelas Alifa.
Baca Juga: Beringharjo Great Sale 2024 Hadirkan Diskon Non-Tunai Selama 3 Bulan
Komunitas ini memiliki tiga fokus utama, yakni mengadvokasi pemberdayaan sosial, pemberdayaan perempuan, dan lingkungan berkelanjutan.
Alifa berharap bahwa komunitas ini dapat menjadi wadah bagi perempuan dan Gen Z untuk menyuarakan aspirasi mereka, sehingga bersama-sama bisa menjadi perempuan yang berdaya dan memberdayakan orang lain. []
Artikel Kiriman Dien Yafi
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY