Ketika Pagi yang Tenang Berubah Mencekam: Kisah Korban Eksibisionis di Sleman

  • Whatsapp
AI perempuan
Perempuan sedang sedih. (Ilustrasi AI)

BacaJogja – Pagi itu semestinya berjalan seperti biasa. Matahari belum terlalu tinggi saat seorang perempuan—sebut saja D—bersiap memulai shift kerjanya di sebuah working space di kawasan Jalan Kabupaten. Ruang masih lengang, jam menunjukkan pukul 07.08, dan hari baru saja dimulai.

Tak disangka, di hari yang tampak biasa itu, D mengalami sesuatu yang tak pernah ia bayangkan: menjadi korban pelecehan seksual oleh seorang pria eksibisionis.

Read More

“Awalnya dia datang cuma tanya, ‘sudah buka belum, Mbak?’” cerita D. Saat itu, pria tersebut berpapasan dengan satpam yang sedang bertugas. Karena satpam hendak pulang sebentar untuk mengantar anaknya, pria itu hanya sebentar berada di lokasi sebelum pergi.

Baca Juga: Gangguan Prameks Kutoarjo–Yogyakarta, Perjalanan Terlambat hingga 190 Menit

Namun, hanya beberapa menit kemudian, ia kembali. Kali ini berdiri diam di depan pintu. “Bukanya jam 8, kan, Mbak?” tanyanya lagi.

D masih menjawab ramah, seperti interaksi biasa dengan pelanggan. Ia tak menyangka apa yang akan terjadi beberapa detik kemudian. “Saya sempat natap matanya. Tapi pas saya nunduk ke komputer, baru sadar… dia sudah nurunin celana dan memperlihatkan kelaminnya.”

Saat menyadari apa yang terjadi, D terdiam. Ruangan sepi, tak ada rekan kerja, dan satpam yang biasanya siaga sedang tak di tempat. “Rasanya campur aduk. Marah, takut, syok. Tapi juga bingung harus gimana,” tuturnya dengan suara yang masih terdengar gemetar saat menceritakan ulang kejadian itu.

Meski hanya berlangsung beberapa detik, momen itu membekas. D memutuskan untuk membagikan pengalamannya sebagai bentuk peringatan. Bukan hanya untuk para perempuan, tapi juga masyarakat luas, terutama yang tinggal dan beraktivitas di sekitar Jalan Kabupaten.

Baca Juga: Viral! Bapak Ini Ikat Anaknya dengan Tali Saat Bermain di Pantai Glagah Kulon Progo

“Ini bukan soal sepele. Mungkin buat orang lain ini ‘cuma’ ngeliatin, tapi buat yang mengalami langsung, itu bisa sangat mengganggu secara psikis. Saya cuma mau orang lain lebih waspada,” katanya.

Aksi eksibisionisme termasuk dalam bentuk kekerasan seksual. Meski sering dianggap ringan, dampaknya bisa berat bagi korban. Banyak yang memilih diam, takut, atau merasa tidak akan dipercaya. Maka, ketika seseorang memilih bersuara, itu adalah bentuk keberanian yang luar biasa.

Kisah D adalah pengingat bahwa ruang publik belum sepenuhnya aman, dan kita semua punya peran untuk menjaga—baik dengan meningkatkan sistem keamanan, menaruh perhatian pada sekitar, atau memberi dukungan pada korban yang berani bicara.[]

Related posts