Mengenal Kekayaan Teh dan Tisane Lokal: Cerita dari Workshop Ramu Padu Nusantara di Sleman

  • Whatsapp
meracik teh
Awak media meracik teh dalam acara LPS Media Gathering di Sleman Yogyakarta. (Ist)

BacaJogja – Aroma teh hangat yang baru diseduh menyambut para wartawan yang memasuki Sasanti Restaurant, Sleman, Sabtu (15/11/2025). Dalam ruang yang tenang dan penuh wangi rempah itu, sebuah perjalanan rasa dimulai. Bukan sekadar sesi mencicip, melainkan pelajaran mendalam tentang teh dan tisane bersama Anneke Putri Purwidyantari, pendiri Ramu Padu Nusantara. Workshop bertema “Understanding Tea & Tisane” ini menjadi rangkaian kegiatan tambahan dalam Press Gathering Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Anneke membuka sesi dengan memperkenalkan kekayaan teh Nusantara. Ia membawa para peserta menelusuri karakter teh putih yang lembut, teh hijau yang segar, teh kuning yang jarang ditemui, oolong dengan aromanya yang khas, hingga teh hitam dan maocha yang kaya proses fermentasi. Setiap jenis teh dikenalkan lewat cerita pascapanen yang menentukan warna, aroma, dan rasa dalam satu cangkir.

Read More

“Setiap jenis memiliki karakteristik sendiri. Prosesnya menentukan warna, aroma, hingga rasa teh yang kita seduh,” tutur Anneke sambil menunjukkan sampel-sampel daun teh.

Baca Juga: Jogja Larang Maxride dan Bentor Angkut Penumpang, Siapkan 1.000 Becak Listrik Pengganti

Perjalanan berlanjut ke dunia tisane—minuman seduhan yang tidak menggunakan daun Camellia sinensis. Dari bunga, buah, akar, herba, rempah, hingga jamur, seluruhnya menjadi sumber rasa yang semakin banyak digemari karena sifatnya yang menyehatkan. Di hadapan para wartawan, Anneke memperlihatkan berbagai bahan alami yang bisa dipadukan untuk menghasilkan profil rasa unik.

Sesi teknik penyeduhan menjadi bagian yang paling interaktif. Wartawan diajak memahami empat gaya seduh yang umum digunakan dalam berbagai tradisi. Metode Barat yang memakai teko besar dipaparkan lengkap dengan panduan suhu ideal:
– 90°C untuk teh hitam
– 70–80°C untuk teh hijau, putih, dan kuning
– 80–85°C untuk oolong

Suasana semakin cair ketika Anneke menampilkan metode Gong Fu Cha dari Tiongkok. Dengan gaiwan, cangkir keadilan, dan teko kecil, peserta merasakan betapa aroma dan rasa teh dapat berubah lewat teknik tertentu. Metode cold brewing dan Grandpa Style atau teknik tubruk—yang akrab di Indonesia—juga diperagakan secara langsung.

Baca Juga: PLUT Sleman Jadi Motor Penggerak UMKM, Dorong Pelaku Usaha Naik Kelas Lewat Layanan Gratis dan Inovatif

Namun bagi Anneke, teh tidak berhenti di teknik seduh. Ia menekankan pentingnya menghargai perjalanan bahan baku dari tangan petani. “Ramu Padu Nusantara berkomitmen mengangkat kekayaan rempah dan teh lokal, sekaligus memberdayakan petani di lereng Merapi dan kawasan lain di Yogyakarta,” ujarnya.

Workshop ditutup dengan praktik meracik teh dan tisane. Para wartawan tampak antusias memadukan teh dengan kayu manis, cacao, dan ragam bahan aromatik. Ada yang serius mencatat detail teknik, ada pula yang bereksperimen menciptakan racikan baru. Suasana hangat dan penuh diskusi membuat sesi ini terasa seperti perjalanan sensorial yang lengkap.

Profil Ramu Padu Nusantara

Ramu Padu Nusantara didirikan tahun 2019 oleh Anneke Putri Purwidyantari. Usaha ini lahir dari keyakinan bahwa rempah, akar, teh, dan tanaman Indonesia adalah warisan budaya yang patut dijaga. Berbasis di Sleman, Yogyakarta, Ramu Padu Nusantara berkembang menjadi produsen makanan dan minuman fungsional yang mengusung prinsip keberlanjutan.

Baca Juga: Baru 3 Bulan Beroperasi, KDMP Tamanmartani Gaet Lebih dari 900 Anggota dan Salurkan 80 Ton Pupuk Bersubsidi

Perusahaan ini bekerja langsung dengan komunitas petani, mulai dari petani perempuan di lereng Merapi hingga petani muda di Gunung Kidul. Setiap bahan baku melalui proses seleksi ketat untuk menjaga karakter alaminya, sekaligus memberikan nilai ekonomi kepada para petani.

Dua lini produk utama mereka adalah:

  1. MoonShine, sirup gourmet berbasis rempah dan akar dengan teknik modern.
  2. Ramupadu Tea & Tisane, yang menawarkan teh hijau gunpowder, oolong khas Jawa, teh hitam beraroma jeruk, hingga racikan kreatif seperti Chocolate Biscuit dan Rose Vanilla.

Tidak hanya memproduksi, Anneke juga aktif mengedukasi publik lewat pelatihan, diskusi, hingga workshop. Bagi Ramu Padu Nusantara, satu cangkir teh adalah kisah tentang alam, tradisi, dan manusia.

Prestasi usaha ini juga tak sedikit. Pada 2020, Ramu Padu Nusantara meraih juara ketiga Indonesian Food Innovation kategori Intermediate. Produk mereka hadir di berbagai pameran UMKM dan ajang kewirausahaan nasional, mengenalkan kekayaan rempah Nusantara pada audiens lebih luas.

Melalui workshop seperti yang digelar di Sleman ini, Anneke berharap semakin banyak orang memahami ragam rasa Nusantara dan menghargai perjalanan panjang sebelum seteguk teh tersaji di meja. []

Related posts