Tugu Golong-Gilig, Karya Mangkubumi Pendiri Keraton Yogyakarta yang Tak Lagi Sama

  • Whatsapp
Tugu Jogja
Penampakan Tugu Golong-Gilig dan De Witt Paal. (Foto: Pemda DIY)

Yogyakarta – Sultan Hamengku Buwana I bertakhta di Kasultanan Yogyakarta menjadi ciri lahirnya sebuah era kasultanan penerus Dinasti Mataram. Sebelum menjadi raja, Pangeran Mangubumi mempunyai nama kecil BRM Sujono, putera Sunan Amangkurat IV (Jawi) dengan BMA Tejawati.

Mangkubumi Sang Arsitek Kota Yogyakarta sangat rajin beribadah, salat lima waktu berjamaah, puasa Senin-Kamis, mengaji kitab suci Alquran, dan suka beramal saleh atau kebajikan.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Mengenang Pangeran Mangkubumi, Pendiri Keraton Yogyakarta

Selain itu, Pangeran Mangkubumi juga senang mengembara untuk menuntut ilmu dan mengadakan pendekatan pada masyarakat, dan memberikan pertolongan pada yang tidak mampu dan lemah.

Salah satu bangunan yang digagasnya adalah Tugu. Pada mulanya Tugu berbentuk silinder atau gilig pada tiangnya dan puncaknya berbentuk bulat atau golong, sehingga disebut Tugu Golong-Gilig.

Tinggi tugu tersebut awalnya mencapai 25 meter. Tugu Golong-Gilig mempunyai arti semangat persatuan antara rakyat dan penguasa dalam hal ini raja Kraton Jogja dalam melawan penjajahan Belanda. Dalam bahasa jawa disebut Manunggaling Kawulo Gusti, yang berarti bersatunya rakyat dan penguasa.

Baca Juga: Keraton Yogyakarta Memperingati 33 Tahun Wafat Sri Sultan Hamengku Buwono IX

Bentuk Tugu seperti sekarang ini adalah hasil renovasi pada masa HB VII pada tahun Sapar 1819 J (3 Oktober 1889) dengan nama De Witt Paal.

Sebagai catatan, Tugu ini merupakan satu dari sumbu filosofi Yogyakarta. Di mana berdirinya tugu segaris lurus dengan Gunnung Merapi di bagian utara serta Keraton Yogyakarta, Panggung Krapkyak dan Pantai Laut Selatan atau Parangkusumo. (Ayodya/Pemda DIY)

Related posts