BacaJogja – Pameran Lukisan Kelompok Fajar 95 and friends di Hotel Grand Rohan Jogja dibuka pada 7 Juli 2024 dan masih akan berlangsung sampai 7 September 2024.
Saat pembukaan pameran dihadiri dua Profesor keren yaitu Seniman Film Prof.DR M Suyanto yang juga Rektor Universitas Amikom Yogyakarta dan Prof.DR Gunawan Soemodiningrat pakar ekonomi pedesaan UGM.
Sebelum acara dibuka oleh Rain Rosyidi kurator seni yang juga dosen ISI Yogyakarta, kedua guru besar itu sengaja menikmati 60 karya seni rupa yang apik dan menarik yang dipajang di sebelah barat Loby Hotel berbintang di depan JEC itu.
Baca Juga: Peluncuran Buku Syaiful Adnan: The Legacy of Saifuli Calligraphy
Kedua profesor tersebut kagum dan mengaku kaget dengan ide ide para seniman dalam menuangkan makna atas siklus kehidupan dan masa depan alam.
Siklus menjadi menarik, karena setiap orang mengalami perubahan dan perkembangan dan bahkan orang di desa yang sering dianggap jauh dari peradaban pun mengalami perubahan dan malahan bermetamorfosis menjadi manusia baru.
“Kita harus tetap membangun kehidupan masyarakat pedesaan menuju kehidupan bangsa yang lebih baik dan membanggakan,” kata Prof Gunawan. “Kita bangun bangsa ini, dimulai dari desa. Siklusnya harusnya begitu,” harapnya.
Sementara itu Prof.DR M Suyanto pun menyampaikan kekaguman atas karya karya seniman Kelompok Fajar 95 yang merupakan alumni SMSR Yogyakarta. Seniman film ini berpesan dalam tausiah seninya, bahwa seniman harus terus berkarya dan menyesuaikan keinginan pasar.
Jikalau ingin melebar agar karya karya seni bisa dinikmati dan dikagumi pecinta dari mancanegara, maka karya seni harus bicara hal hal yang universal. film karya profesor yang bersahaja ini diantaranya berjudul Aji Saka, the bettle of Surabaya, dan lain-lain menjadi menarik dan dikagumi di Hollywood Amerika karena meskipun cerita lokal tetapi diberikan sentuhan sentuhan yang universal dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat, utamanya luar negeri.
Baca Juga: Warga Gunungkidul di Jabodetabek Gelar Grebeg Sura 2024, Merawat Kebhinekaan Indonesia Lewat Budaya
“Dalam berkarya, kita tetap bangga dengan kekuatan cerita dan isu lokal, tapi seorang seniman harus mampu membungkus dalam suasana dan rasa internasional,” harap Prof Suyanto yang telah meraih 40 penghargaan Internasional untuk kampusnya yg dulu dikenal sebagai Tempat Kuliah Orang Berdasi ini.
Pada bagian lain, Rain Rasyidi kurator seni yang membuka pameran seni yang sengaja bicara tentang siklus kehidupan ini berharap agar Jogja sebagai barometer seni dan perkembangannya di Indonesia tetap dijaga suasanya.
Baca Juga: Perempuan Penyabar Itu Telah Berpulang, Takziah Virtual Malam Ini
Seniman harus berkarya dan bersedia membaca keadaan. “Kolaborasi antara pengusaha, hotel , galery seni, seniman harus lebih ditata agar iklim seni di Jogja tetap terjaga,” kata Rain yang dihadiahi lukisan menarik oleh Soneo Santosa berupa orang yang membelakangi di kebun bunga.
Widadi ketua penyelenggara pameran seni rupa Siklus berharap banget, karena di hotel Grand Rohan jogja setiap hari dikunjungi ratusan orang, memiliki dampak baik bagi seniman dengan cara memberi apresiasi dengan mengoleksi. Seniman akan bersyukur dan bangga ketika karyanya berpindah tempat dan memberikan manfaat bagi yang mengoleksi dan menikmatinya. []