Perjuangan Iskhaq Iskandar, dari Kondektur Bus dan Kuli Pasar Menjadi Profesor Universitas Sriwijaya

  • Whatsapp
Prof Iskhaq Iskandar
Prof Iskhaq Iskandar di Kantor LLDIKTI (Isimewa)

BacaJogja – “Jangan pernah takut bermimpi,” pesan yang terus dipegang teguh oleh Prof. Dr. Iskhaq Iskandar, MSc. Meski sempat dicemooh karena impiannya dianggap terlalu tinggi, namun Iskhaq yang pernah bekerja sebagai kondektur bus kota di Palemban tak pernah menyerah. Kini, ia telah berhasil meraih gelar Guru Besar di Universitas Sriwijaya, membuktikan bahwa mimpi, sebesar apapun, dapat terwujud dengan tekad yang kuat.

Lahir di Desa Jelabat BK 9, OKU Timur, Sumatera Selatan, pada 4 Oktober 1972, perjalanan hidup Iskhaq penuh tantangan. Tumbuh dalam keterbatasan ekonomi, Iskhaq tetap teguh mengejar pendidikan dengan dukungan kedua orang tuanya.

Read More

Umroh liburan

Dari desa terpencil tanpa listrik hingga akhirnya mengenyam pendidikan tinggi, perjuangan Iskhaq menjadi inspirasi bagi banyak orang. “Mimpi adalah kunci untuk maju,” ucapnya dalam Webinar SEVIMA, Selasa, 3 September 2024.

Baca Juga: Bullying dan Depresi Dunia Medis: Momentum Membenahi Pendidikan Dokter Spesialis di Indonesia

Ketika melanjutkan kuliah di Palembang, Iskhaq harus menghadapi ujian hidup yang berat. Dengan uang saku hanya Rp 50 ribu per bulan, ia mengambil pekerjaan sebagai kondektur bus untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meskipun merasa malu ketika bertemu teman-teman kuliah, ia tetap menjalani pekerjaan ini demi melanjutkan pendidikannya. “Saya lebih memilih malu daripada tidak makan,” kenangnya.

Selain menjadi kondektur, Iskhaq juga bekerja sebagai kuli panggul di pasar untuk menambah penghasilan. Ia hanya makan dua kali sehari demi bertahan hidup. Kehidupan yang keras ini mengajarkannya pentingnya ketekunan dan kerja keras. Setelah menyelesaikan kuliahnya, Iskhaq sempat bekerja di bank sebelum akhirnya menjadi dosen di Universitas Sriwijaya pada tahun 1996.

Baca Juga: Menelisik Harmoni Alam dan Tradisi di Padukuhan Jaban Saat Menyambut Tim Monev “Aku Hatinya PKK”

Mimpi Iskhaq untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri akhirnya terwujud. Ia berhasil meraih gelar S2 dan S3 dari Universitas Tokyo, Jepang, di bidang oseanografi dan iklim tropis. Dengan semangat yang terus menyala, ia berhasil menyelesaikan studinya dan kembali ke Indonesia dengan membawa ilmu yang mendalam. Kini, ia menjadi salah satu profesor di Universitas Sriwijaya, berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di tanah air.

Saat ini, Iskhaq menjabat sebagai Kepala LLDIKTI Wilayah II, membina 171 perguruan tinggi swasta dan 9 perguruan tinggi negeri di wilayah Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, dan Bangka Belitung. Bagi Iskhaq, tanggung jawab ini seperti seorang kondektur yang mengantarkan pendidikan tinggi Sumatera ke arah yang lebih baik. “Keberhasilan itu diusahakan dengan kerja keras, kesungguhan, dan ketekunan,” ujarnya.

Baca Juga: Forum Tanah Air Dukung Said Didu Bongkar Ketidakadilan Proyek PSN PIK-2

Iskhaq memiliki visi besar agar perguruan tinggi di Sumatera mampu bersaing di kancah internasional. “Mari jangan takut bermimpi. Mahasiswa Sumatera bisa mendunia, dan jurusan-jurusan kuliah di Sumatera bisa terakreditasi internasional!” tegasnya.

Tentang SEVIMA

SEVIMA adalah platform teknologi pendidikan terbesar di Indonesia, melayani lebih dari 950 perguruan tinggi dengan total lebih dari 3 juta pengguna. Dengan visi #revolutionizeEducation, SEVIMA terus berinovasi dalam menghadirkan solusi sistem informasi akademik yang terintegrasi, mempermudah proses pendidikan tinggi di Indonesia. []

Related posts