BacaJogja – Kabar itu merayap pelan di antara embun pagi Padukuhan Trenggulun, Kalurahan Giripanggung, Tepus, Gunungkidul, Minggu (12/10/2025). Sebuah pagi yang seharusnya tenang berubah sunyi mencekam. Di balik keheningan ladang, tersemat sebuah cerita pilu tentang seorang pria yang mengakhiri perjuangannya sendiri.K (45), nama yang tak asing bagi warga Trenggulun.
Ia bukan hanya seorang petani yang akrab dengan tanah, tapi juga seorang pengrajin perak yang mahir mengubah logam menjadi karya seni. Dua profesi yang menuntut ketekunan ganda, simbol dari ikhtiar tanpa henti untuk menghidupi keluarga.
Jejak yang Berhenti di Tepi Jalan
Jejak terakhir K terekam samar pada Sabtu pagi. Ia berpamitan mengantar saudaranya ke Rumah Sakit Bethesda Wonosari. Setelah urusan itu selesai, K menghubungi istrinya, mengabarkan bahwa ia akan bertolak ke Yogyakarta untuk mengirimkan hasil kerajinan peraknya. Sebuah rutinitas yang mestinya menjadi penutup pekan yang biasa.
Namun, malam pun merangkak berganti pagi, dan K tak kunjung kembali.
Baca Juga: Tragedi Subuh di Jalan Parangtritis Bantul: Nenek Meninggal Usai Tertabrak Saat Mengayuh Sepeda
Kecurigaan itu pertama kali menusuk benak Hardi Wiyono (67), mertua K, saat ia hendak berangkat ke ladang sekitar pukul 05.00 WIB. Di jalan setapak menuju area Alas Pudak, mata tuanya menangkap pemandangan yang tak biasa: sepeda motor menantu terparkir di tepi jalan, sepi tanpa pemilik.
Rasa tak enak memaksa Hardi menelusuri sekitar. Di gubuk ladang yang menjadi saksi bisu hari-hari kerja keras, ia menemukan K dalam kondisi tak bernyawa. Teriakan pilu Hardi seketika memecah kesunyian Trenggulun.
Beban Berat di Balik Kerajinan Perak
Kapolsek Tepus, AKP Solechan, menjelaskan bahwa laporan masuk sekitar pukul 06.00 WIB. Tim gabungan dari kepolisian dan medis Puskesmas Tepus II segera bergerak untuk olah TKP. Hasil pemeriksaan forensik amat jelas: tidak ada tanda-tanda penganiayaan, menguatkan dugaan bahwa ini adalah murni peristiwa bunuh diri.
Namun, di balik fakta yang dingin dan lugas itu, tersimpan sebuah beban yang teramat berat. “Dari informasi yang kami peroleh, korban diduga memiliki permasalahan utang piutang,” terang AKP Solechan.
Baca Juga: Viral! Mobil Sri Sultan Diminta Menepi oleh Patwal demi Kelancaran Para Pejabat yang Melintas
Sebuah kalimat sederhana yang membuka tabir mengapa seorang pria dengan dua mata pencaharian—petani yang sabar menanti panen dan pengrajin yang teliti mengolah perak—memilih mengakhiri hidupnya. Ia adalah cermin dari banyak warga yang berjuang keras di tengah himpitan ekonomi, di mana lilitan utang terasa mencekik napas dan harapan.
K pergi tanpa riwayat sakit sebelumnya, tanpa tanda-tanda keinginan untuk menyerah. Kepergiannya yang mendadak meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga dan menyisakan pertanyaan yang menggantung: seberapa berat beban itu hingga harapan pun terasa terlalu mahal?
Sore itu, setelah semua prosedur rampung, jenazah K diserahkan kepada keluarga untuk dikebumikan. Keluarga kini harus melanjutkan hidup, memanggul kenangan pahit sekaligus manis dari seorang ayah, suami, dan menantu yang gigih, yang perjuangannya berakhir bukan di Jogja, melainkan di gubuk ladang sunyi di Alas Pudak, Gunungkidul.
Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami masalah kejiwaan yang parah dan berpikir untuk bunuh diri, jangan ragu mencari bantuan. Anda bisa menghubungi layanan kesehatan terdekat atau Kementerian Kesehatan RI melalui 119 ext. 8. []






