BacaJogja – Seminggu sebelum berkunjung, si bungsu—gadis 12 tahun—begitu bersemangat ingin mencoba snorkeling di pantai ini. Semua media sosial yang membahas tentang Pantai Drini dan wahananya bolak-balik ia telusuri.
Waktu berkunjung pun tiba. Dengan semangat 45, kami sekeluarga meluncur dari Sumatra (Jambi). Sang single driver, alias ayah, sudah siap lahir dan batin. Segala aral melintang kami hadapi, termasuk terjebak macet selama lima jam di Betung pada 21 Desember 2024.
Setelah beristirahat semalam di Kota Jogja, akhirnya kami memacu kendaraan menuju Wonosari. Si bungsu begitu terkesima dengan pemandangan Gunungkidul yang begitu eksotis—sesuatu yang tak pernah ia temui di daerah kami.
Baca Juga: Gempa M5,2 Guncang Yogyakarta, Warga Merasakan Getaran
Kota Wonosari kami lewati, kendaraan terus melaju mengikuti petunjuk di peta menuju satu tujuan: Pantai Drini.
Sesampainya di pantai, kami disambut cuaca mendung. Kendaraan kami parkir tak jauh dari tempat kapal nelayan bersandar. Begitu pintu mobil dibuka, kami langsung beranjak menuju pantai.
Si bungsu, yang sejak awal begitu bersemangat, tiba-tiba diam, terpaku tanpa bicara, dan terlihat enggan melangkah lebih jauh. Kami membiarkan sikapnya, berharap semangatnya kembali.
Baca Juga: Jadwal Terbaru KRL Jogja-Solo per 1 Februari 2025: Lebih Banyak dan Nyaman
Namun, mendung semakin pekat, gerimis berubah menjadi hujan lebat, dan deburan ombak semakin keras menghantam bukit karang di sisi pantai.
Dan akhirnya, si bungsu membuka suara, “Pulang… pulang… pulang!!”
Keputusan bulat telah ia ambil. Dengan sedikit kecewa, kami pun beranjak, berputar arah, meninggalkan pantai yang tampak indah sekaligus “menyeramkan” di mata si bungsu.
Drini, 23 Desember 2024
Turut berduka bagi keluarga para korban. 😓🙏 (Paramedic SGN)