Kenangan Terakhir di Kopi Ingkar Janji Kulon Progo: Perjalanan Duka Bocah Asal Bantul yang Tertimpa Kentongan

  • Whatsapp
duka kentongan kopi ingkar janji
Kentongan besar di Kopi Ingkar Janji Kulon Progo yang menimpa bocah hingga meninggal. (Polres Kulon progo)

BacaJogja – Udara di Pandeyan, Bangunharjo, Sewon, Bantul, pagi itu terasa lebih berat dari biasanya. Langit tampak muram seolah ikut berduka. Di halaman rumah sederhana milik keluarga Rully dan Nike, beberapa karangan bunga berdiri berjajar. Di antaranya bertuliskan, turut berduka vita atas meninggalnya si Kecil, sosok korban berinisial AISK.

Bocah berusia enam tahun itu telah berpulang. Wajah mungil yang dulu ceria kini terbaring tenang, dibalut kain putih, menunggu waktu dimakamkan di Makam Sasonoloyo Tlajuk, Senin pagi (20/10/2025). Sejumlah tetangga tampak silih berganti datang mengucap belasungkawa, sementara suara pelan ayat suci mengalun dari pengeras suara mushala tak jauh dari rumah.

Read More

“Dia anaknya manis sekali, suka tertawa. Rasanya sulit percaya,” ujar salah satu tetangga, sambil menyeka air mata.

Bagi keluarga, sore Minggu (19/10) itu akan selalu dikenang sebagai hari yang merenggut tawa kecil mereka.

Baca Juga: Tragedi di Kopi Ingkar Janji Kulon Progo: Bocah 6 Tahun Meninggal Tertimpa Kentongan

Dari Tawa ke Tangis di Lereng Girimulyo

Hari itu, keluarga kecil asal Bantul tersebut berencana menghabiskan akhir pekan di kawasan wisata Girimulyo, Kulon Progo. Tujuan mereka: Kopi Ingkar Janji, kafe bernuansa pedesaan yang terkenal dengan udara sejuk, pemandangan hijau, dan suasana damai di tepi lembah.

A.I.S.K., seperti anak kecil lainnya, tampak begitu bahagia. Ia berlarian di area playground, bermain ayunan dan perosotan. Selesai bermain, mereka sekeluarga menuju Joglo utama untuk makan bersama. Di depan joglo itu berdiri sebuah kentongan besar dari kayu, lengkap dengan tiang penyangga setinggi dua meter dan lingkar sekitar satu meter — hiasan khas yang sering dijadikan spot foto oleh pengunjung.

Menurut keterangan Kasi Humas Polres Kulon Progo, Iptu Sarjoko, kentongan itu menjadi sumber malapetaka. “Korban mengayun-ayunkan kentongan tersebut. Saat diayun, tiangnya diduga tidak kuat menahan beban dan roboh, menimpa korban,” jelasnya, Minggu (19/10/2025).

Baca Juga: Sultan HB X Minta Evaluasi Total Kasus Keracunan MBG: “Jangan Abaikan Kapasitas Dapur”

Suara kentongan jatuh yang berat mengejutkan semua orang. Pengunjung berlarian, beberapa menjerit panik. Ayah korban langsung berlari mendekat, memeluk tubuh putrinya yang tergeletak di tanah. Wajah kecil itu tak bergerak.

Korban segera dilarikan ke RS PKU Muhammadiyah Nanggulan. Di sana, tim medis berusaha keras memberikan pertolongan, namun takdir berkata lain. Pukul 16.00 WIB, dokter menyatakan A.I.S.K. telah meninggal dunia.

Duka yang Tak Bisa Diungkap

Berita duka itu menyebar cepat. Grup keluarga dipenuhi pesan doa dan ucapan belasungkawa. Di rumah duka, sang ibu hanya bisa terdiam, memeluk boneka kesayangan putrinya. “Baru kemarin dia minta diajak main. Sekarang sudah nggak ada…” katanya lirih, menurut penuturan kerabat dekat.

Sementara sang ayah tampak sibuk menerima tamu, namun matanya merah, menandakan kesedihan yang dalam. Mereka tak pernah menyangka perjalanan singkat ke tempat wisata bisa berakhir menjadi duka abadi.

Bagi banyak orang, Kopi Ingkar Janji adalah tempat melepas penat. Tapi bagi keluarga ini, nama tempat itu kini menyimpan luka. Sebuah kentongan kayu yang mestinya simbol komunikasi tradisional, berubah menjadi saksi bisu dari kehilangan yang menyayat hati.

Baca Juga: Ricuh di Umbulharjo: Mahasiswa NTT dan NTB Terlibat Keributan, Begini Tindakan Polisi

Doa dan Pengingat

Senin pagi, sebelum jenazah dimakamkan, keluarga menggelar doa bersama. Anak-anak kecil di lingkungan sekitar ikut hadir, beberapa di antaranya teman bermain AISK.

Jenazah kemudian diusung menuju Makam Sasonoloyo Tlajuk, Bangunharjo, Sewon, Bantul. Tangis pecah saat liang lahat ditutup tanah. Di antara suara doa, ibu korban kembali terisak, menggenggam erat tangan suaminya.

Tragedi ini bukan sekadar berita duka; ia menjadi pengingat penting tentang keselamatan di tempat wisata keluarga. Sebuah dekorasi sederhana bisa berujung bahaya jika tak terawat dengan baik.

“Ini menjadi pelajaran bagi semua pihak, agar keamanan di tempat wisata lebih diperhatikan, terutama area yang banyak dikunjungi anak-anak,” tutur Iptu Sarjoko.

Kini, kentongan di Kopi Ingkar Janji mungkin akan berdiri sunyi, atau mungkin tak lagi ada. Tapi bagi keluarga kecil di Sewon itu, suara kentongan tak akan pernah benar-benar hilang — gema duka itu akan selalu hidup dalam kenangan mereka. []

Related posts