BacaJogja – Minggu sore itu, udara di Girimulyo, Kulon Progo, terasa sejuk. Di tengah rimbunnya pepohonan dan aroma kopi yang menyeruak dari dapur Kopi Ingkar Janji, tawa anak-anak terdengar riang di area permainan kecil di sisi halaman rumah makan.
Di antara mereka, seorang bocah perempuan berusia enam tahun berlari ke sana kemari. AISK, begitu inisial bocah yang datang bersama keluarganya.
Sore itu, keluarga kecil dari Bantul itu hanya ingin menikmati waktu bersama. Setelah puas bermain di playground, mereka berpindah ke joglo utama untuk bersantap siang. Pemandangan perbukitan Menoreh di kejauhan menjadi latar sempurna untuk makan keluarga. Tak ada yang menyangka, beberapa menit kemudian, suasana hangat itu akan berubah menjadi tangis.
Baca Juga: Sunyi Malam di Jetis Bantul Pecah oleh Suara Tabrakan: Kisah Tragis Pemuda yang Tak Pulang Lagi
Usai makan, AISK kembali bermain di depan joglo. Pandangannya tertuju pada sebuah kentongan kayu besar yang berdiri tegak di depan bangunan utama—hiasan tradisional yang sering menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk berfoto.
Dengan polosnya, AISK mengayunkan tangan kecilnya, menggoyang-goyang kentongan itu. Tak ada yang tampak berbahaya, hingga tiba-tiba, suara berat kayu bergeser terdengar.
Sekejap saja, kentongan setinggi dua meter itu roboh. Suara keras menggelegar, diikuti jeritan panik keluarga dan pengunjung lain. AISK terjatuh. Tubuh kecilnya tertimpa kayu berat itu.
“Korban langsung dibawa ke Rumah Sakit PKU Nanggulan oleh keluarganya,” ujar Kasi Humas Polres Kulon Progo, Iptu Sarjoko, saat dikonfirmasi Minggu (19/10/2025). “Namun, sesampainya di rumah sakit, korban dinyatakan meninggal dunia.”
Baca Juga: Sultan HB X Minta Evaluasi Total Kasus Keracunan MBG: “Jangan Abaikan Kapasitas Dapur”
Petugas kepolisian segera datang ke lokasi. Kentongan kayu yang masih tergeletak di depan joglo kini menjadi saksi bisu. Polisi melakukan olah tempat kejadian perkara dan memeriksa sejumlah saksi, termasuk pengelola rumah makan.
“Penyelidikan masih kami lakukan untuk mengetahui penyebab pasti robohnya kentongan, serta memastikan apakah ada unsur kelalaian dalam penataan area,” tambah Iptu Sarjoko.
Kini, suasana Kopi Ingkar Janji tak lagi sama. Di sudut tempat yang biasanya ramai pengunjung, hanya tersisa kentongan yang telah dipindahkan, menyisakan ruang kosong yang seolah menampung kesedihan. Pengunjung yang datang hari-hari berikutnya masih menunduk pelan ketika melewati area itu, seakan turut berduka untuk bocah yang sempat tertawa ceria di bawah naungan joglo kayu itu.
Tragedi ini menjadi pengingat bahwa keselamatan di tempat wisata dan rumah makan keluarga bukan sekadar pelengkap, tetapi kebutuhan utama. Sebab dalam hitungan detik, sesuatu yang tampak indah bisa berubah menjadi kehilangan yang mendalam. []