Mengintip Pameran Tujuh Seniman dari Empat Negara di Museum dan Tanah Liat Yogyakarta

  • Whatsapp
pameran seni
Pengunjung yang melihat salah satu karya seni yang ada di Museum dan Tanah Liat. (Foto: Sianggun Nadila)

Bantul – Tujuh seniman dari empat negara menampilkan karyanya dalam Pameran Bilik Korea-Konnect ASEAN bertajuk “Hacking Domesticity” yang digelar di Museum dan Tanah Liat yang berada di Kersan, Kalurahan Tirtonimolo, Kapanewon Kasihan, Bantul, Yogyakarta pada 5 Oktober-14 November 2021. Acara yang didukung oleh KONNECT – ASEAN, program seni dan budaya ASEAN Foundation dan didukung oleh ASEAN Korea Cooperation Fund (AKCF).

Hacking Domesticity sendiri merupakan suatu kegiatan presentasi sejumlah karya dari tujuh partisipasi seniman yang berasal dari Indonesia, Kamboja, Thailand dan Korea Selatan. Seniman tersebut yaitu Agnes Christina (Indonesia), Ampannee Satoh (Thailand), Chang Jia (South Korea), Etza Meisyara (Indonesia), Fitri DK (Indonesia), Siren Eun Young Jung (South Korea), Sao Srey Mao (Kamboja).

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Mengenal Jathilan Klasik yang Dibawakan Turangga Eka Budaya Kalibawang Kulon Progo

Pameran Bilik Korea – Konnect ASEAN ini dirancang sebagai sebuah ruang untuk mempertemukan seniman ASEAN dan Korea Selatan dalam merespons gagasan tentang sejarah dan pergerakan sosial yang merupakan salah satu bingkai pemikiran mendasar bagi Biennale Jogja Seri Khatulistiwa.

Biennale Internasional yang berfokus pada seni rupa ini, diadakan setiap dua tahun dan sudah ada sejak tahun 1988. Kegiatan ini merefleksikan bagaimana para seniman melihat konteks sejarah dari masing-masing ruang dimana mereka hidup dan tumbuh, serta ruang ini tidak hanya mengarah pada persoalan, tetapi juga dalam konteks batasan wilayah, kota, negara atau geopolitik.

Dari karya-karya yang ada di sana dijelaskan dari seniman Indonesia mengolah tema yang cukup luas mulai dari gagasan identitas dan asal dalam relasinya dengan politik lokasi, relasi antara pemikiran dan pengalaman perempuan dengan lingkungan dan alam, hingga kekerasan domestik dan kedaulatan tubuh perempuan.

Baca Juga: Menelusuri Lebih Mendalam Jejak Gamelan di Yogyakarta

Seniman Thailand menampilkan kembali karya yang memotret kehidupan perempuan muslim di wilayah selatan Thailand dalam ketegangan dan konflik politik. Sementara seniman Kamboja memotret para perempuan dalam relasinya dengan lanskap kota dan budaya urban, dan bagaimana mereka bersitegang membangun ruang aman untuk dirinya.

Serta seniman Korea Selatan memanifestasikan kehidupan eksistensi mereka sebagai seniman perempuan melalui karyanya dan juga telah menggemakan pemikiran kritis tentang tubuh, tradisi, kebiasaan, kerja dan gender.

Setiap hari Museum dan Tanah Liat ini dikunjungi warga mulai dari pelajar, seniman dan bahkan masyarakat umum. Selain itu, ruang ini bisa dijadikan sebagai tempat belajar bagi seniman muda ataupun bagi pelajar yang ingin mengenal lebih dalam mengenai seni serta dapat menambah dan memperluas pengetahuan atau wawasan. []

Artikel kiriman Sianggun Nadila Mahasiswa Program Studi Public Relations ASMI Santa Maria Yogyakarta

Related posts