BacaJogja – Batik Ratmotirto, motif batik yang saat ini sedang dikembangkan oleh aarga Kampung Ratmakan, Kelurahan Ngupasan, Kemantren Gondomanan, Kota Yogyakarta. Motif batik ini merupakan identitas kampung yang sedang menyongsong menjadi kampung wisata di Kota Yogyakarta.
Nama Ratmotirto diambil dari kata Ratmo yang merupakan nama sesepuh kampung Ratmakan yakni Tumenggung Ratmoko. Konon ia merupakan abdi dalem telik sandi atau mata-mata utusan Keraton di masa penjajahan Belanda. Sedang Tirto diambil dari kondisi geografis Kampung Ratmakan yang dilewati aliran Sungai Code.
Baca Juga: Arumi Bachsin Peragakan Busana di Festival Batik Yogyakarta 2022
Ketua Kampung Wisata Ratmakan, Nur Oryza Argo, menyampaikan gagasan ini lahir saat warga mendapat pelatihan membatik. Warga kemudian berinisiatif membuat batik dengan motif yang khas sebagai identitas Kampung Ratmakan. “Inovasi ini juga sebagai bentuk komitmen warga dalam memantapkan diri menjadikan kampung Ratmakan sebagai kampung wisata,” katanya, Rabu, 29 Maret 2023.
Nur mengatakan, secara desain motif batik ini diambil dari ornamen ‘soko’ atau tiang penyangga rumah dari bangunan Joglo Ratmakan dan motif aliran air. Kemudian dilukis dan dituangkan ke dalam suatu cetakan motif batik.
Baca Juga: Menengok Geliat Produksi Rumah Batik Jinggar Kota Yogyakarta
Dia menerangkan dalam proses pembuatannya, batik ini menggunakan metode cap, dimana motif batik dibuat dan dituangkan dalam suatu cetakan berbahan kayu. Setelah proses pengecapan selesai maka langkah selanjutnya yakni pewarnaan kain batik menggunakan naptol berwarna merah dan biru tua.
Menurut dia, ada dua jenis cetakan motif yakni cetakan ratmo dan cetakan tirto, yang secara teknis dicelupkan dalam cairan malam dan kemudian di cap ke selembar kain putih selebar dua meter, pembuatan corak motifnya dibuat secara kombinasi.
Baca Juga: Sejarah dan Filosofi Batik Tulis Nitik Bantul Yogyakarta Menurut Sri Sultan HB X
Setelah diberikan warna, langkah selanjutnya adalah proses pengeringan dengan cara dijemur. “Tahap akhir dilakukan proses ‘nglorot’ atau proses melepas bahan malam yang masih menempel di kain dengan menggunakan soda abu,” katanya.
Dia mengungkapkan, untuk mendapatkan warna yang lebih bagus dan cerah, setelah proses pelepasan bahan malam dilakukan proses penjemuran untuk yang kedua kalinya.
Nur berharap dengan keseriusan warga ini selain dapat menguatkan citra Ratmakan sebagai kampung wisata budaya Jawa, juga dapat meningkatkan perekonomian warga. “Batik ini bisa jadi sebuah cinderamata khas kampung Ratmakan,” ujarny. []