BacaJogja – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu bencana hidrometeorologi di Jawa Tengah. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan bahwa puncak musim hujan akan berlangsung hingga Februari 2025, dengan beberapa daerah berisiko tinggi mengalami banjir, tanah longsor, dan banjir rob.
“Sebagian besar wilayah Jawa Tengah akan mengalami puncak musim hujan hingga Februari. Namun, puncaknya tidak serempak, terjadi bertahap sejak November. Hal ini membuat potensi bencana, seperti yang terjadi di Pekalongan, masih bisa terjadi,” ujar Dwikorita dalam Rapat Koordinasi Antisipasi Bencana di Semarang.
Baca Juga: Kronologi Kecelakaan Lima Kendaraan di Jalan Samas Bantul, Satu Meninggal
Tiga Wilayah Paling Rawan
BMKG mengidentifikasi Pekalongan, Batang, dan Boyolali sebagai daerah dengan risiko tertinggi.
- Pekalongan dan Batang
- Rentan mengalami banjir dan banjir rob akibat curah hujan tinggi dan naiknya permukaan air laut.
- Wilayah pesisir utara ini diprediksi terdampak oleh gelombang tinggi dan peningkatan pasang air laut.
- Boyolali
- Tanah longsor dan banjir bandang menjadi ancaman utama, terutama di kawasan lereng Gunung Merbabu.
- Kondisi geografis dengan banyaknya jalur sungai memperbesar risiko bencana hidrometeorologi.
Fenomena Atmosfer Penyebab Cuaca Ekstrem
BMKG menjelaskan bahwa intensitas hujan tinggi ini dipengaruhi oleh berbagai fenomena atmosfer global, termasuk:
- La Nina lemah, yang meningkatkan curah hujan di Indonesia.
- Monsun Asia, yang membawa uap air dalam jumlah besar.
- Gelombang ekuatorial Kelvin dan Rossby, yang memperkuat pembentukan awan hujan.
- Fase bulan baru, yang berkontribusi pada peningkatan curah hujan dan gelombang tinggi di pesisir.
Baca Juga: Jadwal Kereta Api Berubah! Cek Perjalanan Terbaru Mulai 1 Februari 2025
Penjabat Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, memastikan bahwa pemerintah telah mengambil langkah-langkah mitigasi, seperti:
- Pemetaan jalur evakuasi di daerah rawan bencana.
- Peningkatan sosialisasi kepada masyarakat hingga tingkat desa.
- Pemantauan kondisi drainase di kawasan longsor.
Selain itu, BMKG juga mempertimbangkan penggunaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengendalikan intensitas hujan di daerah tertentu.
Masyarakat Diimbau Waspada
BMKG mengingatkan masyarakat untuk selalu mengikuti informasi cuaca resmi melalui website, aplikasi InfoBMKG, dan media sosial. Dwikorita juga mengimbau agar warga lebih peka terhadap tanda-tanda bencana, seperti retakan tanah, rembesan air di lereng, dan pohon yang tiba-tiba miring. Jika tanda-tanda ini muncul, warga diminta segera mengungsi ke tempat aman.
Baca Juga: Imlek 2025 di Google Doodle: Ular Kayu, Jeruk Ponkam, dan Game Nostalgia
Sementara itu, bagi masyarakat pesisir, BMKG menyarankan agar menghindari aktivitas di pantai saat terjadi pasang tinggi untuk mengurangi risiko terkena banjir rob dan gelombang tinggi.
“Kita semua harus bekerja sama untuk memastikan keselamatan masyarakat. Informasi ini bukan hanya untuk meningkatkan kewaspadaan, tetapi juga membantu masyarakat mengambil langkah konkret dalam mengantisipasi bencana,” tutup Dwikorita.