Menyusuri Kotabaru: Oase Sejarah, Kopi, dan Kenyamanan Pejalan Kaki di Jantung Yogyakarta

  • Whatsapp
kotabaru jogja
Kotabaru Jogja (Foto: @budisatriawan)

BacaJogja – Di antara gegap gempita Malioboro dan hiruk-pikuk Tugu Jogja, ada satu kawasan yang berjalan pelan, tenang, dan menawan: Kotabaru. Kawasan ini bukan sekadar tempat tua peninggalan kolonial. Ia seperti halaman terakhir dalam sebuah novel sejarah yang terus terbuka bagi siapa pun yang ingin membacanya ulang—dengan santai, perlahan, dan penuh makna.

Kotabaru adalah tentang bagaimana masa lalu bertemu masa kini, tentang bangunan-bangunan berarsitektur Eropa yang kini berdampingan harmonis dengan taman hijau, trotoar lebar, warung kopi sederhana, hingga ruang baca terbuka. Kawasan ini bukan hanya ramah pejalan kaki—ia mengundang untuk dijelajahi.

Read More

Taman Kotabaru: Di Antara Angin Sore dan Riuh yang Tak Terdengar

Terletak tak jauh dari Gereja Kotabaru, Taman Kotabaru seperti jeda dalam simfoni kota. Rimbunnya pepohonan, bangku taman yang tersebar di beberapa sudut, dan jalur pedestrian yang bersih menjadikannya tempat ideal untuk membaca buku, menyeruput kopi, atau hanya mengamati lalu-lalang.

Baca Juga: Mutiara Anindyana, Lulusan Termuda UGM di Usia 19 Tahun dengan Predikat Cumlaude

Di pagi hari, taman ini jadi arena olahraga ringan bagi warga lokal. Saat senja datang, tempat ini berubah menjadi ruang sosial tanpa sekat. Ada keluarga piknik sederhana, anak-anak berlarian, mahasiswa yang berdiskusi, hingga komunitas seni yang berlatih. Semua berbagi ruang dalam damai.

Kopi, Cerita, dan Suasana: Di Balik Trotoar Heritage

Di Jalan Suroto dan sekitarnya, Kotabaru menghadirkan pengalaman nongkrong yang berbeda. Silol, misalnya, bukan hanya soal menu kopi dan makanan lezat—melainkan juga ruang interaksi. Dengan panggung live music dan halaman luas, tempat ini menggabungkan cita rasa, suasana, dan kebersamaan.

Tapi tak semua warung di Kotabaru perlu nama mentereng. Di beberapa sudut, warga membuka warung kopi sederhana di depan rumah mereka. Duduklah di bangku plastik, pesan kopi tubruk hangat, dan bersiaplah larut dalam obrolan khas Jogja yang hangat dan penuh keramahan.

Baca Juga: Jadwal Lengkap Takbir Keliling Iduladha 2025 di Sleman: Pawai Spektakuler dari Berbagai Penjuru

Langkah Kaki dan Rute yang Membawa Damai

Pagi hari adalah waktu terbaik menjelajahi Kotabaru. Mulailah dari Taman Kotabaru, lalu susuri Jalan I Dewa Nyoman Oka, masuk ke gang-gang kecil yang penuh kejutan. Pepohonan besar menaungi langkah Anda, dan udara terasa bersih—seakan Jogja ingin menunjukkan wajah lain yang jarang ditampilkan.

Tepat di depan Perpustakaan Kota Yogyakarta, sebuah rak buku terbuka hadir di tengah trotoar. Pojok Baca Pedestrian ini menyimpan banyak bacaan ringan dan serius yang bebas diakses publik. Inilah bentuk literasi yang tak membosankan—hadir di tengah jalan, menyapa siapa pun yang lewat.

Baca Juga: Jadwal Pelayanan SIM Gunungkidul Juni 2025: Layanan Lengkap, Lokasi Dekat, Waktu Fleksibel!

Lorong-Lorong Estetik: Mural, Kayu Tua, dan Eropa yang Tak Lenyap

Beberapa lorong di Kotabaru menawarkan sensasi visual yang tak biasa. Dinding-dinding dengan mural tersembunyi, jendela kayu tua, dan ornamen kolonial yang tetap terjaga menghadirkan suasana vintage yang cocok untuk berburu foto ala film-film era lampau. Tak perlu filter—kotanya sudah fotogenik dari sananya.

Kotabaru adalah narasi panjang yang tak selesai dalam satu kunjungan. Ia bukan hanya tempat, tapi juga pengalaman. Cocok untuk mereka yang ingin menepi tanpa pergi jauh, atau ingin mengenal Jogja tanpa tergesa-gesa.

Karena di Kotabaru, berjalan kaki bukan sekadar berpindah tempat—tapi juga berpindah suasana. []

Related posts