Sejarah Alun-alun Utara Yogyakarta dan Makna 64 Pohon Beringin

  • Whatsapp
renovasi alun-alun utara jogja
Pengerjaan pemuliaan Alun-alun Utara Yogyakarta. (Foto: Istimewa)

BacaJogja – Alun-alun Utara Yogyakarta saat ini sedang dilakukan pemuliaan. Pasir alun-alun yang berada di depan Keraton Yogyakarta ini diganti dengan pasir halus dari tanah Kasultanan. Pengerjaan sudah dimulai sejak Minggu, 3 April 2022.

Wujud aslinya Alun-alun milik Keraton Yogyakarta ini permukaannya berupa pasir halus. Pada zaman Belanda, kemungkinan setelah tahun 1900, mulai diadakan pameran pembangunan dan pasar malam. Dekade selanjutnya setiap tahun diadakan pasar malam berbarengan dengan Sekaten.

Read More

Umroh akhir tahun

Baca Juga: Yogyakarta Menuju Kota Warisan Dunia, Keraton Lakukan Pemuliaan Alun-alun Utara

Mengutip dari KratonJogja, Alun-Alun Utara ini memiliki luas 300 x 300 meter persegi. Di tengahnya berdiri dua pohon beringin kurung yang bernama Kiai Dewadaru dan Kiai Janadaru, yang sekarang bernama Kiai Wijayadaru. Pohon ini berada di sebelah barat dari garis sumbu filosofis.

Bersama-sama dengan Kagunga Dalem Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, juga berada di sebelah barat garis sumbu filosofis, pohon ini memberi gambaran hubungan manusia dengan Tuhannya.

pemuliaan alun-alun utara
Pengerjaan pemuliaan Alun-alun Utara Yogyakarta. (Foto: Istimewa)

Penempatan ini adalah wujud bagaimana Sri Sultan Hamengku Buwono I secara cerdas menggambarkan konsep Islam habluminallah. Sementara Kiai Janadaru yang bermakna lugas pohon manusia, bersama dengan Pasar Beringharjo, berada di sisi timur dari sumbu filosofis. Hal ini melambangkan hubungan manusia dengan manusia, sebuah konsep Islam hablumminannas.

Pada sisi utara dan sisi selatan, berdiri juga sepasang pohon beringin. Beringin di utara bernama Kiai Wok dan Kiai Jenggot, sedang yang di selatan bernama Agung dan Binatur.

Baca Juga: Mengenal Lima Masjid Pathok Negara Keraton Yogyakarta di Sleman dan Bantul

Seperti Alun-alun Selatan, seluruh permukaan Alun-alun Utara juga ditutup dengan pasir lembut. Ini melambangkan penggambaran laut tak berpantai yang merupakan perwujudan dari kemahatakhinggaan Tuhan.

Maka secara keseluruhan, makna alun-alun beserta kedua pohon beringin di tengahnya menggambarkan konsepsi manunggaling kawula Gusti, bersatunya raja rakyat dengan raja dan bertemunya manusia dengan Tuhan.

alun-alun utara jogja
Pengerjaan pemuliaan Alun-alun Utara Yogyakarta. (Foto: Istimewa)

Di Alun-Alun Utara Yogyakarta terdapat 62 pohon beringin yang mengelilingi. Sedangkan di tengah berdiri dua beringin. Totalnya terdapat 64 pohon beringin. Jumlah ini menggambarkan usia Nabi Muhammad SAW ketika beliau meninggal dalam perhitungan Jawa.

Pada masa lalu, Alun-Alun Utara dikelilingi oleh pagar batu bata dan selokan. Air selokan ini dapat digunakan untuk menggenangi alun-alun saat dibutuhkan.

Baca Juga: Banyak Daerah Bernama Kauman di Pulau Jawa, Ini Sejarahnya

Di antara pohon beringin yang berjajar, terdapat beberapa bangunan. Namanya Bangsal Pekapalan. Pekapalan, berasal dari kata kapal yang berarti kuda. Secara harfiah pekapalan berarti tempat penambatan kuda.

Bangsal Pekapalan merupakan tempat berkumpulnya para bupati maupun pejabat yang lebih tinggi. Selain Pekapalan, terdapat bangsal lain di pinggir alun-alun, yaitu Bangsal Pangurakan dan Bangsal Balemangu.

Baca Juga: Mengenal Plengkung Tarunasura di Wijilan Panembahan Kraton Yogyakarta

Bangsal Pangurakan terdapat di sisi utara, berjumlah dua dan mengapit jalan. Fungsinya sebagai tempat ngurak, mengusir warga yang tidak taat pada aturan.

Selain itu, Bangsal Pangurakan juga digunakan untuk menyimpan senjata. Setiap hari, bangsal ini dijaga oleh Abdi Dalem Geladhag.

Bangsal Balemangu juga berjumlah dua, letaknya mengapit gerbang menuju Masjid Gedhe. Bangsal ini digunakan sebagai tempat untuk pengadilan agama. (KratonJogja-Sejarah Jogyakarta)

Related posts