BacaJogja – Lemper, makanan tradisional ini tentu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa. Apalagi di Bantul Yogyakarta. Bahkan, Lemper Sanden sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Indonesia oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi pada 2021.
Untuk terus menggemakan kuliner yang terbuat dari ketan dan biasanya dibungkus dengan daun pisang ini, Kapanewon Sanden menggelar Festival Kampung Lemper. Event digelar di Padukuhan Murtigading, pada Minggu, 4 September 2022.
Baca Juga: Lemper Sanden Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia 2021, Ini Filosofinya
Festival Kampung Lemper ini diawali dengan lomba memasak lemper dengan peserta dari siswa SD hingga SMP di Kapanewon Sanden. Acara berlangsung sangat meriah, terlihat dengan pembagian 2.000 lemper gratis bagi peserta dan pengunjung.
Ketua Panitia, Falah Akbar, festival ini juga salah satu upaya menuju kampung berbudaya. “Festival Kampung Lemper ini sudah diadakan dua kali. Ini juga termasuk upaya menuju kampung berbudaya lingkungan,” tegasnya.
Filosofi Lemper
Kapanewon Sanden memang terkenal sebagai sentra lemper di Kabupaten Bantul. Sanden merupakan nama padukuhan yang berada di Kalurahan Murtigading, Kapanewon Sanden. Padukuhan Sanden ini sudah diresmikan sebagai Kampung Lemper oleh Bupati Suharsono pada masa itu.
Baca Juga: Sumbu Filosofi Yogyakarta Masuk Nominasi Warisan Dunia
Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, sejarah Lemper Sanden sangat terikat kuat dengan tradisi kemajemukan yang ada bahkan sebelum Islam datang ke Sanden. Tradisi yang berhubungan dengan penyembahan Dewi Sri ini kemudian menjadi media ucapan rasa syukur yang diselenggrakan di masjid.
Dalam Majemukan, lemper menjadi simbol kerekatan persaudaraan sekaligus tuntunan ajaran Islam tentang baik buruk manusia yang tidak akan terlepas dari rukun iman dan rukun Islam.
Baca Juga: Daftar 20 Warisan Budaya Tak Benda di Bantul, Ada Sate Klatak hingga Nini Thowong
Filosofi yang dikandung dari makanan lemper adalah tekstur dari lemper sendiri yang lengket mempunyai arti makna persaudaraan yang begitu erat. Selain itu filosofi dari lemper yang lengket adalah bisa mendatangkan rezeki bagi siapapun yang memakannya.
Lemper juga mempunya filosofi yang masih dipegang hingga saat ini “yen dilem ojo memper” yang artinya jangan tinggi hati ketika kita mendapat pujian.[]