BacaJogja – Langit Warungboto malam itu bukan hanya disinari rembulan, tapi juga oleh gemuruh takbir yang membelah malam, menyatu dengan semangat ribuan warga yang berkumpul dalam iringan karnaval. Pada Kamis malam, 5 Juni 2025, gema kalimat “Allahu Akbar” menggema dalam irama budaya, seni, dan persaudaraan, dalam perayaan Karnaval Gema Takbir Warungboto yang telah menjadi denyut tradisi selama 15 tahun.
Dilepas langsung oleh Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, sekitar 4.000 peserta dari 19 kelompok takbiran tumpah ruah di jalanan Warungboto, Umbulharjo. Mereka bukan sekadar berjalan membawa bedug dan lantunan takbir, tapi juga memanggul nilai-nilai: keikhlasan, persatuan, syiar Islam yang damai—semuanya dikemas dalam parade megah penuh kreativitas.
Baca Juga: Rekayasa Lalu Lintas di Bantul Malam Ini: Festival Takbir Iduladha 2025 Bakal Padat Pengunjung
Gapura masjid raksasa, bumi yang bersujud, meriam merayakan takbir, kereta bunga bermandikan cahaya, hingga pasukan berseragam Wali Songo dalam balutan adat Jawa—semuanya berjalan dalam satu irama: menyemarakkan Iduladha bukan hanya dengan suara, tetapi dengan jiwa.
“Kegiatan ini adalah bentuk nyata bahwa budaya dan agama bisa berjalan bersama-sama, tidak saling bertentangan,” ucap Hasto dalam sambutannya yang disambut riuh tepuk tangan warga.
Wali kota yang dikenal dekat dengan masyarakat itu tak hanya menyampaikan apresiasi, tetapi juga menyisipkan pesan mendalam: bahwa gema takbir bukan sekadar gema suara, melainkan gema nilai. Nilai keikhlasan, solidaritas, dan kepedulian—yang diwujudkan nyata dengan pembagian 15 ekor sapi kurban kepada para penggerobak sampah di Kota Yogyakarta.
Baca Juga: Langit Bantul Menyala! Ini Jadwal Lengkap dan Rute Takbir Keliling Iduladha 2025
Di sepanjang jalan, warga menyaksikan bukan hanya parade, tetapi juga potret keberagaman yang bersatu dalam semangat takbir. Ada kelompok yang menggambarkan tata surya yang bertakbir—matahari, bulan, dan bintang seolah menari memuji Sang Pencipta. Ada pula yang membawa tema flora, seperti kereta bunga matahari yang merekah indah di tengah malam.
Ketua Panitia, Ferian Fembriansyah, menyebut tema tahun ini: Bersatu dalam Cahaya Takbir—sebuah ajakan untuk merayakan Iduladha dengan semangat moral dan integritas. “Kami ingin melakukan syiar Islam secara konsisten dan semarak. Ini lomba takbir se-DIY, dengan aspek penilaian yang menyeluruh, termasuk nilai syiar Islam dalam tema tiap kelompok,” katanya.
Baca Juga: Anak Marbot Masjid di Kulon Progo Tembus UGM Tanpa Tes: Kisah Elsa Menapaki Jalan Impian
Penilaian mencakup bacaan dan semangat takbir, kostum, musik, koreografi, hingga maskot. Dan bagi para peserta, bukan hanya piala dan kambing yang mereka incar—melainkan keberkahan dan kebahagiaan yang mereka bagi dalam satu malam yang penuh cahaya.
Di tengah lautan manusia yang bersorak, berdecak, dan bersujud dalam lantunan takbir, tampak jelas satu hal: Warungboto tak sekadar merayakan Iduladha. Ia menghidupinya. Dengan jiwa, dengan budaya, dan dengan cinta yang menyatu dalam gema kalimat suci—Allahu Akbar. []