Dari Pantai Depok Bantul ke Pasar Dunia: UPI Mina Bahari 45 Ekspor Olahan Ikan Tanpa Pengawet

  • Whatsapp
UPI Mina Bahari 45
UPI Mina Bahari 45 bekerja sama dengan UMKM Dapur Bunda Nuryana (UMKM Unggul Reborn), sukses membawa cita rasa lokal ke panggung internasional. (Pemkab Bantul)

BacaJogja – Siapa sangka, dari pesisir selatan Yogyakarta, tepatnya Pantai Depok Bantul, muncul produk olahan ikan dalam kaleng yang kini telah menembus pasar mancanegara? Unit Pengolahan Ikan (UPI) Mina Bahari 45 yang bekerja sama dengan UMKM Dapur Bunda Nuryana (UMKM Unggul Reborn), sukses membawa cita rasa lokal ke panggung internasional.

Sejak berdiri pada 2021, UPI Mina Bahari 45 tak butuh waktu lama untuk melebarkan sayap. Di bawah naungan Koperasi Wisata Mina Bahari 45, mereka fokus mengolah hasil laut dari nelayan lokal menjadi produk unggulan berupa ikan kaleng tanpa bahan pengawet, namun tetap tahan lama.

Read More

“Produk ini sebenarnya bisa tahan hingga dua tahun, tapi kami batasi hanya satu tahun untuk menjaga kualitas terbaik,” ungkap Sri Nuryana, pemilik Dapur Bunda Nuryana sekaligus direktur UPI Mina Bahari 45.

Baca Juga: Hati-hati Benang Layangan! Insiden di Pajangan Bantul Jadi Pengingat untuk Semua

Menariknya, keunikan rasa dari produk ini berasal dari bahan alami—bukan MSG—melainkan bunga liar yang tumbuh di sepanjang pesisir Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS). Proses produksinya dilakukan secara terpadu di rumah produksi mereka yang berlokasi di Pantai Depok, mulai dari pembersihan ikan, pengasapan atau penggorengan, pengalengan, hingga sterilisasi dan pelabelan, semua dilakukan dalam satu hari.

Tak hanya menjaga mutu produk, mereka juga memberdayakan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja. Bahan baku ikan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan lokal, menciptakan ekosistem bisnis berbasis kemandirian dan keberlanjutan.

Menurut Kepala Bidang Pemasaran UPI Bahari 45, Joko Suwanto, kapasitas produksi mereka mencapai 1.000 kaleng per hari. Dalam sebulan, produksi bisa mencapai 25.000 kaleng. Untuk mengoptimalkan kapasitas tersebut, mereka kini telah mengekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Jerman, Prancis, Taiwan, Hongkong, Singapura, China, Mongolia, hingga Australia.

Baca Juga: Dolan Deso Mboro: Liburan Aman di Pelukan Alam Kulon Progo

“Kalau hanya bermain di pasar lokal, produksi kami jadi tidak optimal. Karena itu kami ekspansi agar stok tidak menumpuk,” jelas Joko.

Dengan harga lokal mulai dari Rp 45.000 untuk kemasan 250 gram, produk ini melonjak nilainya hingga sekitar 16 dolar AS di pasar ekspor.

Rencana ke depan pun kian ambisius. Selain memperluas distribusi ke swalayan dan minimarket, mereka juga berencana mengembangkan kebun pertanian di lahan kosong sebelah rumah produksi. Hasil kebun itu akan digunakan langsung dalam proses produksi sebagai bahan pelengkap alami.

UPI Mina Bahari 45 dan Dapur Bunda Nuryana membuktikan bahwa UMKM lokal bisa mendunia—asal dikelola dengan inovasi, komitmen terhadap mutu, dan keberpihakan pada potensi lokal. Dari laut selatan Yogyakarta, kini mereka mengarungi samudra pasar global. []

Related posts