BacaJogja – Setiap tetes keringat yang jatuh dari dahi Ekowati Susilo Ningsih saat membantu tetangga berjualan bubur ayam, rupanya tak sia-sia. Buah dari kerja keras dan doa yang tak putus itu akhirnya berbuah manis.
Shareent Violent Kusuma Ayu Wardhani, si bungsu dari tiga bersaudara, kini resmi menjadi mahasiswa baru Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) tanpa tes. Ia diterima melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dan berhak atas beasiswa penuh hingga lulus.
“Saya lega sekali, ini semua untuk Mama,” ucap Shareent sambil menyeka air mata haru saat mengetahui dirinya lolos seleksi, belum lama ini.
Baca Juga: Festival Takbir Keliling PRNU Pleret Bantul: Syiar Iduladha yang Sarat Budaya dan Ukhuwah
Sejak masih duduk di bangku SMP, Shareent sudah belajar hidup tanpa figur seorang ayah. Perceraian orangtuanya membuat ibunya harus menjadi tulang punggung keluarga. Tanpa banyak mengeluh, Ekowati bekerja serabutan demi memastikan ketiga anaknya tetap bisa sekolah.
Namun Shareent tak mau larut dalam kesedihan. Ia justru menjadikan keadaan sebagai bahan bakar semangat untuk terus berprestasi. Sejak SD hingga SMA, ia selalu meraih prestasi akademik yang membanggakan. Jalur prestasi membawanya dari satu jenjang ke jenjang berikutnya, lengkap dengan beasiswa yang meringankan beban keluarga.
“Saya menargetkan nilai saya harus naik tiap semester, dan selalu masuk rangking. Saya percaya usaha itu akan membawa hasil,” ujarnya.
Baca Juga: Pantai Krokoh: Surga Tersembunyi di Ujung Gunungkidul dengan Spot Sunrise yang Instagramable
Tak hanya unggul secara akademik, gadis lulusan SMA Negeri 5 Surabaya ini juga aktif dalam berbagai organisasi sekolah. Ia pernah menjadi anggota OSIS dan bagian dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), bukti bahwa ia tak pernah setengah-setengah dalam mengejar impian.
Pilihan untuk melanjutkan studi di Manajemen UGM bukan tanpa alasan. Shareent mengaku telah jatuh cinta pada mata pelajaran ekonomi sejak kelas X. Ia bermimpi menjadi pengusaha sukses, dan UGM adalah gerbang awal menuju masa depan yang ia cita-citakan.
Yang membuatnya semakin bersyukur, beasiswa UKT Pendidikan Unggul Bersubsidi 100% membuatnya tak perlu khawatir akan biaya kuliah. “Kabar ini membuat Mama sangat senang, karena saya sebelumnya takut akan jadi beban. Tapi sekarang, beban itu diangkat,” ungkapnya.
Baca Juga: Menyapa Matahari di Puncak Kosakora Gunungkidul: Simfoni Laut dan Bukit di Atas Awan
Dalam hal belajar, Shareent tak mengandalkan trik-trik rumit. “Saya cuma menjaga konsistensi, luangkan waktu 2–3 jam per hari untuk belajar ulang materi. Itu saja,” jelasnya merendah.
Kini, Shareent tengah mempersiapkan diri merantau ke Yogyakarta. Ia menyadari hidup sendiri di kota orang akan jadi tantangan baru, tapi ia siap. “Saya ingin belajar hidup mandiri, mengatur waktu, dan beradaptasi. Karena saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini,” tegasnya.
Bagi sang ibu, pencapaian Shareent adalah jawaban dari doa-doa panjang selama ini. “Saya cuma lulusan SMA. Saya hanya ingin Shareent bisa kuliah, punya masa depan yang lebih baik dari saya,” ucap Ekowati, suaranya tercekat oleh haru.
Kisah Shareent bukan sekadar cerita tentang diterima di kampus ternama. Ini adalah kisah tentang keteguhan hati, kekuatan doa seorang ibu, dan tekad tak tergoyahkan seorang anak untuk mengubah nasib—dari gerobak bubur ke gerbang UGM. []