BacaJogja – Pagi Sabtu (28/6), semangat kebersamaan berdenyut di kawasan heritage Kotabaru, Yogyakarta. Ratusan orang dari berbagai latar belakang datang bukan hanya untuk berlari, melainkan juga merayakan harmoni lintas iman dalam ajang Srawung KobaRun.
Acara ini bukan sekadar fun run. Di bawah bendera toleransi, Srawung KobaRun mengajak lebih dari 500 peserta—anak-anak, dewasa, hingga lansia—menapaki rute 3K dan 5K yang sarat makna. Start dimulai di Jalan I Dewa Nyoman Oka, lalu menyusuri jejak sejarah: Stadion Kridosono, SMA Bopkri 1, Museum Sandi, dan deretan bangunan kolonial yang jadi saksi perjalanan waktu Kotabaru.
Baca Juga: Jateng Fair Festival 2025 Resmi Dibuka: Deretan Artis Ternama Ramaikan PRPP Jawa Tengah
Yang membuat lari pagi ini istimewa, para peserta diajak melewati tiga rumah ibadah yang berdiri berdampingan: Masjid Syuhada, Gereja Katolik Santo Antonius Padua, dan Gereja Kristen HKBP Kotabaru. Ketiganya seakan berbisik, mengingatkan semua orang bahwa kerukunan bukan sekadar kata, melainkan tindakan nyata.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, membuka acara dengan flag off dan pesan kebersamaan yang hangat. “Saya kira kegiatan yang sifatnya kebersamaan antarumat beragama sangat penting. Dan di Kotabaru ini simbol toleransi secara fisik sangat nyata. Hari ini kita bersatu dalam keadaan damai, tentram, dan sehat,” ujarnya dengan penuh semangat.
Lebih dari sekadar lari, Srawung KobaRun menjadi panggung kebudayaan. Di garis finish, peserta disambut alunan tembang macapat dan tari tradisional dari Sanggar Budaya Omah Kotabaru. Energi pagi semakin membuncah saat Nufi Wardhana menebar semangat lewat musik. Sesi senam Zumba pun membuat suasana makin meriah, menyatukan gerak dalam irama kebersamaan.
Baca Juga: Kisah Putri, Anak Penjual Asongan Keliling di Bantul Tembus UGM
Stevanus Bagas Anggito Suryo, Ketua Pelaksana Srawung KobaRun, menegaskan bahwa acara ini lahir dari kolaborasi tiga rumah ibadah di Kotabaru. “Kami ingin menciptakan acara yang mencakup semua kalangan,” katanya.
Tak ketinggalan, deretan tenant UMKM pun meramaikan area acara. Sajian kuliner lokal, kerajinan tangan, hingga cendera mata menjadi bukti bahwa kebersamaan juga berarti mendukung ekonomi warga.
Bagi Mutiara Intan, salah satu peserta, pengalaman ini bukan hanya soal olahraga. “Senang sekali bisa ikut event ini. Rutenya menyenangkan, banyak melintasi bangunan heritage. Seru sih!” ujarnya dengan mata berbinar.
Di tengah langit Kotabaru yang cerah, langkah-langkah kaki seolah menjahit satu pesan sederhana namun berharga: perbedaan bukan alasan untuk berjarak. Justru lewat langkah bersama, toleransi tumbuh dan terus menemukan jalannya. []






