Yogyakarta Kota Toleransi, Ustaz Abdul Somad Ajak Jemaah Rawat Kerukunan

  • Whatsapp

BacaJogja – Ribuan jemaah memadati Masjid Pangeran Diponegoro, Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Sabtu (16/8/2025) pagi, untuk mengikuti kajian akbar Lir Ilir Chapter Yogyakarta bersama penceramah kondang Ustaz Abdul Somad (UAS).

Acara yang berlangsung selepas subuh hingga pukul 06.30 WIB itu menghadirkan suasana religius sekaligus kekeluargaan. Kehadiran UAS menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat Kota Yogyakarta dan sekitarnya untuk memperkuat iman sekaligus menjalin silaturahmi.

Read More

Pesan Wali Kota Yogya

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, didampingi Wakil Wali Kota Wawan Harmawan, mengapresiasi terselenggaranya kajian akbar tersebut. Menurutnya, momentum seperti ini membawa energi positif dan mempererat ukhuwah umat.

“Acara seperti ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk menjaga nilai-nilai religius di tengah perkembangan zaman. Kota Yogya selalu terbuka untuk kegiatan yang membawa kemaslahatan umat,” ujar Hasto.

Dalam ceramahnya, UAS mengajak jamaah meneladani ajaran Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari. Ia menekankan pentingnya menjaga kerukunan di tengah keberagaman, terutama di Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai kota budaya dan toleransi.

“Jogja ini istimewa, tidak hanya secara status hukum, tapi juga dalam hati umat. Di sini Islam berdampingan damai dengan budaya, dan itu harus kita rawat,” tegasnya.

Jemaah Merasakan Kedekatan

Kehadiran UAS meninggalkan kesan mendalam bagi jamaah. Bagi sebagian peserta, acara ini bukan hanya kesempatan mendengar ceramah, tetapi juga memperkuat ukhuwah.

“Saya ingin mendengar langsung ceramah beliau, merasakan atmosfernya, dan mendapat ilmu yang bisa saya bawa pulang untuk keluarga,” kata Ahmad Syaifuddin, warga Miliran.

Ia menambahkan, gaya ceramah UAS dikenal lugas, ringan, namun sarat ilmu. “Selain itu ceramahnya logis, pakai dalil kuat, tapi bahasanya gampang dimengerti. Saya pulang membawa banyak pelajaran,” ujarnya.

Kajian akbar Lir Ilir di Masjid Pangeran Diponegoro ini sekaligus menjadi bukti bahwa Yogyakarta, sebagai kota toleransi, mampu menjadi teladan bagi daerah lain dalam merawat harmoni antarumat. []

Related posts