BacaJogja – Perkembangan era digital dan kemudahan transaksi online membawa tantangan baru bagi generasi muda, khususnya Gen Z, dalam mengelola keuangan. Godaan belanja online, tren media sosial, hingga promo e-commerce yang masif sering kali memicu pengeluaran impulsif.
Menjawab kondisi tersebut, AXA Mandiri melalui acara SmartFin Day 2025 di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, 14 Agustus 2025, mengajak mahasiswa untuk lebih bijak mengatur keuangan. Salah satunya dengan membedakan kebutuhan dan keinginan, agar generasi muda bisa meraih kemerdekaan finansial di masa depan.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Top Agent Awards (TAA) ke-38 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), dengan peserta dari UGM maupun universitas lain di Yogyakarta.
Baca Juga: Atraksi Spektakuler Independence Day Military Expo 2025, Simak Rekayasa Lalu Lintas
Tantangan Finansial Gen Z di Era E-Commerce
Digitalisasi mengubah pola belanja masyarakat Indonesia, dari dominasi konvensional di tahun 2000-an hingga melonjaknya e-commerce pasca-pandemi COVID-19. Data Databoks Katadata memproyeksikan jumlah pengguna e-commerce Indonesia mencapai 220 juta pengguna pada 2025.
Namun, kemudahan akses belanja online memicu fenomena impulse buying. Flash sale, promosi influencer lewat live shopping, tren FOMO (Fear of Missing Out), hingga layanan Buy Now Pay Later (BNPL) semakin mendorong konsumsi tanpa perencanaan matang.
Menurut laporan Meltwater, 37,9% pengguna internet usia 16+ di Indonesia menggunakan layanan BNPL setiap minggunya.
Baca Juga: Rekayasa Lalu Lintas Independence Day Military Expo 2025 di Sleman, Catat Jalurnya!
Pentingnya Bedakan Kebutuhan dan Keinginan
Dalam pemaparannya, Atria Rai, Chief Communications Officer AXA Mandiri, menekankan bahwa batas kebutuhan dan keinginan kini makin kabur.
“Di era e-commerce, batas antara kebutuhan dan keinginan semakin kabur. Mahasiswa harus kritis dalam setiap pembelian, memastikan pengeluaran sesuai tujuan hidup dan prioritas,” ujar Atria.
Kebutuhan, seperti makanan, tempat tinggal, transportasi, dan pendidikan, bersifat esensial. Sementara keinginan lebih terkait gaya hidup, seperti tiket konser, kopi kekinian, barang bermerek, atau produk kecantikan.
Belanja tanpa kendali bisa berujung pada utang konsumtif, hilangnya dana darurat, stres finansial, hingga sulit mencapai tujuan keuangan jangka panjang.
Baca Juga: Waspada Cuaca Yogyakarta 22–24 Agustus 2025: Hujan Lokal dan Gelombang Tinggi
Strategi Keuangan Sehat untuk Gen Z
AXA Mandiri memberikan beberapa langkah strategis agar generasi muda lebih siap secara finansial:
- Prioritaskan Proteksi dengan Asuransi
Asuransi menjadi fondasi perencanaan keuangan. AXA Mandiri menegaskan proteksi kini makin terjangkau, bahkan mulai dari Rp50 ribu per tahun, sehingga bukan lagi barang mewah melainkan kebutuhan dasar. - Siapkan Dana Darurat
Tabungan minimal setara 3–6 bulan pengeluaran sebagai jaring pengaman menghadapi kondisi tak terduga. - Terapkan Anggaran 50/30/20
Alokasikan 50% untuk kebutuhan pokok, maksimal 30% cicilan produktif, dan 20% untuk dana darurat, investasi, serta asuransi. - Kelola Utang dengan Bijak
Gunakan strategi pelunasan utang seperti snowball atau avalanche. Hindari keterlambatan pembayaran dan konsultasikan dengan perencana keuangan bila perlu. - Mulai Investasi Sejak Dini
Diversifikasi portofolio investasi sesuai profil risiko, untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang.
Atria juga mengingatkan pentingnya hidup di bawah kemampuan finansial dan memahami risiko dalam investasi.
“Membangun pondasi keuangan adalah langkah awal sebelum berinvestasi. Dengan perencanaan matang, termasuk perlindungan asuransi sejak dini, generasi muda bisa memastikan masa depan finansial yang lebih aman,” tambahnya.
Melalui edukasi finansial ini, AXA Mandiri berharap Gen Z dapat mengembangkan keterampilan keuangan yang sehat, disiplin, dan berkelanjutan. Dengan begitu, mereka mampu menghadapi tantangan era digital dan menyiapkan masa depan yang cerah. []