Sri Sultan HB X Jadi Teladan di Tengah Fenomena “Stop Tot Tot Wuk Wuk”

  • Whatsapp
Sri Sultan HB X
Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X. (Ist)

BacaJogja – Fenomena kampanye “Stop Tot Tot Wuk Wuk” sedang ramai di media sosial. Warganet menyoroti maraknya penggunaan sirene dan strobo di jalan raya yang dinilai mengganggu dan meresahkan masyarakat.

Sebagai bentuk protes, tak sedikit pengendara menempel stiker bertuliskan “Stop Tot Tot Wuk Wuk” di mobil maupun motor mereka.

Read More

Namun, di tengah keresahan publik, Sri Sultan Hamengku Buwono X justru memberi teladan menyejukkan. Mobil dinas maupun kendaraan pribadi beliau diketahui tidak pernah menggunakan strobo.

Baca Juga: Jaga Ketahanan Pangan, UGM Tebar 5.000 Bibit Wader Pari di Sungai Baros Bantul 

Hal ini ditegaskan oleh Ditya Nanaryo Aji, Koordinator Humas Kominfo DIY. “Ya karena beliau (Sultan) mungkin merasa tidak perlu. Perjalanan sehari-hari beliau dari Keraton kilen ke kantor juga dekat. Cenderung landai, tidak macet,” jelas Ditya, dikutip dari Kompas, Jumat (19/9/2025).

Ditya menambahkan, Sultan selama ini dikenal sederhana dan tidak suka berlebihan. Bahkan untuk agenda resmi, beliau jarang sekali menggunakan pengawalan.

“Beliau juga jarang menggunakan fasilitas pengawalan untuk agenda-agenda kedinasan lain. Misal kunjungan ke kabupaten atau kota. Jarang sekali beliau menggunakan pengawalan,” tegasnya.

Sikap Sri Sultan ini menjadi kontras dengan maraknya pejabat maupun pemilik mobil pribadi yang kerap memakai strobo dan sirene sembarangan. Bagi masyarakat, teladan ini menunjukkan bahwa jabatan tinggi tidak harus identik dengan arogansi di jalan raya.

Baca Juga: Curhat Seorang Ibu Cari Keadilan untuk Anaknya yang Jadi Korban Klitih di Bantul

Pendiri Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, menilai fenomena “Stop Tot Tot Wuk Wuk” adalah perlawanan simbolis masyarakat.

“Mau pejabat, TNI, Polri, menurut saya malu deh. Jalan itu ruang bersama, harusnya semua merasakan kondisi yang sama,” ungkap Sony.

Kampanye ini sekaligus mengingatkan publik bahwa strobo hanya sah digunakan untuk ambulans, pemadam kebakaran, dan kendaraan tertentu sesuai aturan. Pesan masyarakat Jogja semakin kuat: jalan raya adalah ruang bersama, bukan ajang pamer kuasa.

Jika Sri Sultan saja bisa sederhana tanpa strobo, bagaimana menurut Anda? Sudah saatnya aturan ditegakkan lebih tegas agar jalanan benar-benar adil untuk semua. []

Related posts