Jamasan Tombak Kyai Wijoyo Mukti Pemerintah Kota Yogyakarta

  • Whatsapp
jamasan pusaka pemkot
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi melakukan jamasan Tombak Kyai Wijoyo Mukti di Kompleks Balai Kota Yogyakarta. (Foto: Humas Pemkot Yogyakarta)

Yogyakarta – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menggelar prosesi Jamasan Pusaka Tombak Kyai Wijoyo Mukti 2019 di kompleks balai Kota Yogyakarta, Jumat, 3 September 2021. Acara yang dipimpin Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi ini diikuti seluruh karyawan pemkot, pamerti wiji dan Abdi Keprajan di Kota Yogyakarta.

Heroe Poerwadi mengatakan, jamasan ini seperti halnya membersihkan barang yang dimiliki. Bahan-bahan yang memang dipakai ini untuk menjaga keawetan dari pusaka. “Jika tidak selalu dibersihkan maka pusaka cepat rusak, korosif dan cepat karatan. Kita harus senantiasa merawat ini agar awet,” ungkapnya.

Read More

Baca Juga: Ubarampe Gunungan Garebeg Besar Keraton Yogyakarta Dibagikan dalam Lima Hari

Menurut dia, Pusaka Tombak Kyai Wijoyo Mukti adalah lambang sekaligus harapan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta kepada pemkot agar bisa membawa masyarakat lebih sejahtera. “Ibaratnya ini adalah kepercayaan raja atau Ngarsa Dalem kepada kami yang mengemban tugas demi kemajuan Kota Yogyakarta agar membawa kesejahteraan bagi warga Kota Yogyakarta,” katanya.

Pusaka tersebut sudah berumur lebih dari 100 tahun dan terlihat masih utuh. “Ini menunjukkan bahwa Pemkot Yogyakarta merawatnya dengan baik,” kata Heroe.

Kepala Dinas Kebudayaan (Dinbud) Kota Yogyakarta, Yetti Martanti mengatakan, jamasan ini sebagai bentuk penghormatan dan merawat pusaka yang sudah diamanahkan kepada Pemkot Yogya. Setiap tahunnya dibersihkan untuk menjaga keawetannya.

Baca Juga: Yogyakarta dan Surakarta Sinergi Melestarikan Budaya Jawa

Dia mengatakan, jamasan pusaka yang diamanahkan harus dirawat dan dilestarikan sebagai bagian dari budaya. Sampai saat ini memang jamasan tetap dilaksanakan, tentu dengan protokol kesehatan yang tertib dan sangat ketat agar tidak mengundang banyak orang.

Yetti mengatakan, saat ini hanya satu pusaka karena memang dalam kondisi pandemi harus terbatas. “Tetap kita lakukan kegiatan, ini sebagai bagian dari pelestarian budaya,” ungkapnya. []

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *