Menengok Tradisi Wiwitan di Bambanglipuro Bantul Yogyakarta dan Maknanya

  • Whatsapp
tradisi wiwitan bantul
Salah satu prosesi tradisi wiwitan di Bambanglipuro Bantul. (Foto: Dok. Pemkab Bantul)

Bantul – Tradisi wiwitan merupakan ritual persembahan tradisional masyarakat Jawa sebelum panen padi dilakukan. Ritual itu dilakukan sebagai wujud terima kasih dan rasa syukur kepada Sang Pencipta yang sudah menumbuhkan padi sebelum panen. Disebut wiwitan karena arti wiwit adalah mulai, memotong padi sebelum panen dilakukan.

Bumi bagi masyarakat Jawa dianggap sebagai saudara manusia yang harus dihormati dan dijaga dilestarikannya untuk kehidupan. Tradisi wiwitan ini sudah ada sejak sebelum agama-agama masuk ke tanah Jawa. Memasuki musim panen, petani didaerah pedesaan banyak yang melakukan ritual wiwitan.

Read More

Baca Juga: Menengok Jamasan Pusaka Alip 1955 Keraton Yogyakarta saat Pagebluk

Seperti halnya yang dilaksanakan Kelompok Tani Eko Proyo yang berada di Bulak Kidul, Cangkring, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Yogyakarta pada Jumat, 25 Maret 2022. Pada tahun ini, Kelompok Tani Eko Proyo mampu menghasikan 11 ton padi per hektare dengan jenis padi yang ditanam yaitu Impari 42.

Menurut Wakil Bupati Bantul Joko B. Purnomo, tradisi wiwitan tidak sekedar wujud syukur kepada Tuhan atas rezeki yang diberikan. Namun juga menjadi salah satu investasi budaya dan wisata yang dimiliki warga. “Mari kita jaga dan lestarikan bersama,” katanya.

Baca Juga: Unik, Pasar Tradisi Lembah Merapi Transaksi Pakai Balok Kayu Pengganti Rupiah

Dia menyampaikan upacara adat wiwitan ini merupakan salah satu tradisi dalam rangka nguri-uri adat istiadat yang telah diwariskan oleh para nenek moyang. “Ini juga sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas diberikannya nikmat dapat menanam padi dengan baik dan hasilnya yang melimpah,” tuturnya.

tradisi wiwitan bantul jogja
Ibu-ibu dari Kelompok Tani Eko Proyo saat tradisi wiwitan di Bambanglipuro Bantul. (Foto: Dok. Pemkab Bantul)

Mantan Anggota DPRD DIY ini mengapresiasi kepada seluruh petani dan warga Cangkring yang telah serius dan konsisten dalam mengembangkan pertanian di Kabupaten Bantul.

“Kami yakin jika semua petani di Bantul memiliki semangat dan motivasi yang tinggi dalam mengembangkan pertanian seperti petani di cangkring ini, program swasembada pangan yang dicanangakan Pemda DIY dan Pemkab Bantul dapat terwujud,” jelasnya.

Baca Juga: Wajah Baru Pengurus Pranatacara di Bantul Siap Terdepan sebagai Pelestari Budaya Jawa

Prosesi wiwitan dilakukan di sawah dan dipimpin oleh mbah kaum atau orang yang tertua. Mbah kaum memulai prosesi dengan berdoa, lalu dilanjutkan memotong sebagian padi sebagai tanda padi sudah siap dipanen.

Makanan yang disajikan pun merupakan makanan tradisional seperti nasi gurih, ayam kampung, sayur nangka, krupuk, tahu tempe, teri, peyek serta jajan kecil, telur, dan biasanya dibungkus dengan daun pisang. []

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *