Kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir soal Jemaah Masjid Aolia Gunungkidul

  • Whatsapp
salat id jemaah aolia
Jemaah Masjid Aolia di Gunungkidul Yogyakarta sudah merayakan Idulfitri pada Jumat 5 April 2024. (Foto: Istimewa)

BacaJogja – Jemaah Masjid Aolia pimpinan Raden Ibnu Hajar Pranolo alias Mbah Benu di Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta sudah merayakan Idulfitri pada Jumat, 5 April 2024. Apa yang dilakukan jemaah ini mendapat respons dan menjadi perbincangan hangat di masyaraat yang saat ini masih menunaikan ibadah puasa Ramadan.

Perayaan Idulfitri jamaah Masjid Aolia itu lebih cepat dibanding perkiraan Muhammadiyah maupun pemerintah yang diperkirakan jatuh pada 10 April 2024.

Read More

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, saat terjadi ada perbedaan, masyarakat hendaknya tetap menjaga toleransi. “Ketika ada (kelompok) yang berbeda (keyakinannya), kita toleran terhadap perbedaan yang ada,” kata Haedar di Yogyakarta dikutip dari Tempo, Sabtu, 6 April 2024.

Baca Juga: Daftar 335 Lokasi, Imam dan Khatib Salat Iduladha Muhammadiyah di Yogyakarta

Haedar mengungkapkan, perbedaan itu yang terpenting tidak menyimpang dari ajaran utama nilai-nilai keagamaan. “Kalau terlalu jauh dari dasar-dasar ketentuan (aturan keagamaan yang lazim) ya mesti diajak dialog,” kata Haedar.

Dia meminta seluruh umat untuk menghargai perbedaan termasuk sesama umat Muslim. Toleransi menjadi hal mendasar dalam kehidupan majemuk di Indonesia yang musti dipelihara. “Indonesia ini kan negara yang masyarakatnya komunal, namun di satu sisi, tradisi dialognya masih sangat kurang,” ungkapnya.

Menurut dia, toleransi hendaknya bukan hanya di tingkat masyarakat tapi juga di tingkat elit. “Maka perlu menghidupkan tradisi dialog itu kalau ada masalah, entah itu terkait keagamaan atau persoalan sosial lain, upayakan kedepankan dialog,” ujar Haedar.

Baca Juga: Ribuan Jemaah Salat Idul Adha di Gumuk Pasir Parangtritis Bantul

Dia mengatakan, pendekatan melalui dialog menjadi jalan terbaik untuk mengurai berbagai persoalan yang terjadi. Haedar juga meminta organisasi kemasyarakatan dan keagamaan untuk melakukan introspeksi, kemudian mengambil peran dalam membangun masyarakat.

Tokoh-tokoh masyarakat dan keagamaan setempat bisa menjadi kunci dialog yang membawa kebaikan bagi semuanya. Tokoh-tokoh setempat seharusnya bisa menjadi kunci, menjadi mediator, fasilitator, pendamai, penyatu. “Kami berharap ormas keagamaan, kemasyarakatan untuk introspeksi diri, jangan sampai kita tercerabut dari akar keluarga, masyarakat dan umat,” ungkapnya.

Sebelumnya, Imam jemaah masjid Aolia Kyai Haji Ibnu Hajar Pranolo mengatakan, para jemaah Masjid Aolia melaksanakan salat Id di aula rumahnya, layaknya masjid yang berada di Padukuhan Panggang III, Kalurahan Giriharjo, Panggang, Kabupaten Gunungkidul. Salah Id dimulai pukul 06.00 WIB.

Baca Juga: Sri Sultan HB X Izinkan Warga Salat Id Lebaran Berjamaah

Pria yang akrab disapa Mbah Benu ini mengatakan, sebagian jemaah juga menggelar salat id di Masjid Aolia yang berjarak sekitar 30 meter dari rumahnya. “Jemaahnya sudah tersebar di seluruh dunia juga melaksanakan salat id pada Jumat. Jemaah Aolia ada yang berasal dari Kalimantan, Papua, bahkan luar negeri seperti Malaysia, India hingga Inggris.

“Saya tidak tahu jemaah ini datang dari daerah mana saja. Mereka tak diundang, semua datang sukarela, Allah maha mengetahui semua ciptaan-Nya,” kata Mbah Benu .

Dia mengatakan, penetapan salat Id lebih awal, tidak ada metode penghitungan hari seperti umumnya. Apa yang dilakukan berdasar keyakinan bersama. “Sesuai keyakinan,” kata dia. []

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *