Yogyakarta – Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk besar. Banyak penduduk menggeluti dunia usaha, yang sebagian besar usaha mikro kecil menengah (UMKM) sebagai mata pencarian. Jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Namun, seiring dengan perkembangan era digital, pelaku UMKM masih banyak yang belum memanfaatkannya dalam memasarkan produknya. Mayoritas masih menggunakan pemasaran konvensional. “Seperti mengandalkan lokasi toko yang strategis yang dilewati orang banyak, tidak memanfaatkan internet,” kata Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta dalam seminar daring bertajuk Pemenfaatan IT Dalam Rangka Mendukung UMKM Berdaya Saing, pada Jumat, 19 Maret 2021.
Baca Juga:
Selain Sukamta, sejumlah narasumber yakni Ketua Dewan Pakar ISKI Yuliandre Darwin dan owner Rumah Mesin Masur Mashuri. Seminar daring merajut nusantara ini digelar kerja sama Kemenkominfo, Bhakti dan DPR RI.
Sukamta mengatakan, fakta tersebut menyebutkan bahwa pelaku UMKM di Tanah Air belum memanfaatkan internet. Terbukti deretan marketplace yang tersedia di era digital, baru menyerap sebagian kecilnya saja. “Perbandingannya, kalau ada 64 juta, hanya 10 juta yang masuk ke digital,” kata dia.
“Pelaku usaha dari negara lain sudah membanjiri marketplace”
Politikus PKS ini mengatakan, jumlah tersebut terbilang kecil jika dibandingkan pelaku usaha dari negara lain yang memasarkan produknya. “Pelaku usaha dari negara lain sudah membanjiri marketplace,” ungkapnya.
Padahal, kata dia, Indonesia memiliki banyak insan kreatif dalam berkarya. Jumlah pelaku UMKM juga terus bermunculan, bahkan jumlahnya melebihi petani. “Untuk itu, agar perekonomian Indonesia bisa tumbuh positif, pemanfaatan teknologi informasi harus terus didorong. Mendorong pelaku UMKM memaksimal era digital ini,” ungkap Sukamta.
Menurut dia, masa pandemi ini sebenarnya momentum pelaku usaha bangkit dengan memanfaatkan internet dalam memasarkan produknya. Memang dalam kondisi seperti ini, peran serta stakeholder dibutuhkan, khususya pemerintah misalnya dengan penyediaan layanan internet.
Baca Juga:
Di sisi lain, pelaku UMKM juga harus peka terhadap tren produk. Misalnya, belakangan ini sedang marak kampanye go green, maka produknya juga selaras dengan tema ramah lingkungan. “Itu terbukti. Ada pelaku UMKM yang menciptakan sedotan dari bambu yang menggantikan sedotan plastik. Produk itu di Jepang laris manis sampai UMKM kewalahan memenuhi permintaan. Itu karena tren go green,” jelas Sukamta.
Pada kesempatan itu, Yuliandre Darwin mengatakan, perkembangan digital sangat pesat termasuk di Indonesia. Jumlah ponsel di negeri ini bahkan lebih banyak dari jumlah penduduk. Artinya, hampir tiap penduduk memiliki ponsel lebih dari satu unit. “Ini peluang bagi pelaku UMKM memasarkan produknya melalui internet,” katanya. []