Keren, Rambut Palsu Buatan Warga Binaan Rutan Kelas IIB Wates Kulon Progo Tembus Ekspor

  • Whatsapp
Warga binaan Rutan Kelas IIB Wates berkarya membuat rambut palsu. (Foto: Istimewa)

Kulon Progo – Produk wig atau rambut palsu karya narapidana yang menjadi warga binaan di rumah tanahan (Rutan) Kelas IIB Wates Kulon Progo, Yogyakarta menembus pasar ekspor. Setidaknya produk wig ini sudah merambah ke sejumlah negara seperti Amerika Serikat, China dan negara-negara di Eropa.

Kepala Rutan Kelas IIB Wates, Deny Fajariyanto mengatakan, warga binaan selama menjalani kehidupan sehari-hari di rutan diberikan berbagai pelatihan pembuatan rambut palsu atau wig dan keterampilan lain.

Read More

Selamat Muswil MES

Pembuatan wig ini merupakan hasil kerja sama antara Rutan Kelas IIB Wates dengan PT Sung Chang Indonesia (SCI) dalam rangka pemberdayaan warga binaan. “Kami bekerja sama dengan PT CHI membuat produk rambut palsu yang semuanya dikerjakan warga binaan,” katanya, Selasa, 21 September 2021.

Baca Juga: Enam Perusahaan Esensial di Yogyakarta Berhasil Terapkan WFO 100 Persen

Menurut Denny, seluruh material dan bahan pembuatan disuplay dari PT SCI. Warga winaan hanya melakukan pengerjaan pembuatan wig saja. Kemudian produk yang dihasilkan diambil kembali oleh PT SCI untuk dilakukan finishing. Setelah itu produk dipasarkan ke luar negeri.

Denny mengungkapkan, produk wig ini menjadi salah satu program unggulan di Rutan Kelas IIB Wates. Meski mereka berada di dalam penjara, warga binaan tetap bisa produktif.

Baca Juga: Warga Yogyakarta Sekarang Jajan di Warung Bisa Tanduk

Bahkan, kata dia, dalam masa pandemi Covid-19 ini, produk yang dihasilkan justru meningkat. Jika pada kondisi normal produksi per hari hanya 1.000 buah, kini meningkat menjadi 400. “Masa pandemi tidak menjadi halangan, karena mereka bisa tetap berkarya dan malah semakin produktif,” katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, warga binaan ini tidak hanya mendapatkan keterampilan dalam membuat rambut palsu. Mereka juga dilatih menjahit, pertukangan, cukur rambut, hingga pertanian. Ini merupakan wujud pemberdayaan warga binaan agar memiliki ketrampilan dan keahlian agar bisa bersaing dalam dunia usaha.

Dalam membuat rambut palsu ini mereka tetap diberikan upah. “Mereka juga mendapatkan upah yang diberikan secara cashless menggunakan e-money yang bisa diambil keluarganya,” ungkapnya. []

Related posts