Kenneth Trevi, Penyanyi Cilik Kampanye Lawan Perundungan Lewat Lagu Jangan Bully dan Anti Bully

  • Whatsapp
Kenneth Trevi
Foto 6 - Kenneth Trevi kampanye anti perundungan lewat karya-karya lagu bertema bullying. (Foto: Istimewa)

BacaJogja – Kenneth Trevi mengkampanyekan anti perundungan (bullying) melalui karya-karya lagunya. Penyanyi Cilik yang tinggal di Kota Bandung tersebut menyampaikan penolakannya pada tindakan perundungan melalui dua karya lagu terbarunya, berjudul: Jangan Bully, dan Anti Bully.

Kenneth Trevi akan meluncurkan lagu Anti Bully melalui label musik Senada Digital pada Jumat, 12 april 2024 di berbagai platform musik digital. Sedangkan lagu Jangan Bully, official music video-nya tayang perdana pada Jumat, 5 April 2024 di YouTube channel Senada Digital.

Read More

Umroh akhir tahun

Saat diwawancarai pada Jumat, 5 April 2024, Kenneth Trevi mengatakan, lagu Jangan Bully, dan Anti Bully yang ia nyanyikan merupakan karya lagu Rulli Aryanto. Lagu Jangan Bully lebih memberitahu bahwa jika tidak mau di-bully maka jangan mem-bully. Kalau kita tidak mau disiksa, janganlah menyiksa. Kalau kita sudah membuat kecewa orang-orang yang kita sayang, maka pasti kita akan susah sendiri.

Baca Juga: Kemkominfo Gelar Talkshow Cakap Digital Cegah Bullying di PP Sunan Pandanaran Yogyakarta

Lagu Anti Bully lebih kepada mengajak supaya tidak saling mem-bully. Kita harus saling menghormati, karena kita manusia sama-sama dicipta, ketika duduk kita sama-sama rendah, ketika berdiri kita sama-sama tinggi, semuanya sama. Untuk lagu Jangan Bully dikemas dalam musik remix yang asik. Sedangkan lagu Anti Bully lebih dikemas dalam bentuk musik koplo yang tidak kalah asik.

“Kami anak-anak hebat anti dengan bullying. Aku juga akan selalu mengingatkan teman-teman hebat aku semua lewat laguku ini supaya jangan melakukan bullying kepada siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Tidak ada untungnya kita melakukan bullying,” kata Kenneth Trevi.

Kenneth Trevi sangat senang, sangat bersemangat sekali, dan sangat bangga karena dipercaya Senada Digital untuk merilis lagu-lagu bertema bully. Kenneth Trevi teringat pada tahun lalu ia harus tampil di panggung untuk menyanyikan lagu orang lain yang bertemakan bully.

Baca Juga: Sekolah Kembali Masuk, Dilarang Ada Perploncoan Siswa Baru di Yogyakarta

“Tapi sekarang aku sudah punya lagu sendiri yang bertema bully, jadi aku bisa dengan bangga menyanyikan lagu aku sendiri, dan bisa mengajak teman-temanku untuk menyanyikannya bersama-sama,” kata Kenneth Trevi.

Kenneth Trevi lahir di Bandung pada 23 Oktober 2012, dari pasangan Hendri Luis (Bandung), dan Yuly (lahir di Medan dan besar di Padang). Saat berusia 1 tahun 3 bulan, Kenneth Trevi didiagnosa Gangguan Bahasa Ekspresif. Saat berusia 3 tahun, barulah Kenneth Trevi didiagnosa Twice Exceptional. Kenneth Trevi masih konsisten menjalani berbagai macam sesi terapi hingga saat ini.

Yuly, mamanya Kenneth Trevi pada kesempatan yang sama mengatakan, saat Kenneth Trevi berusia 3 tahunan pernah tantrum hebat di tempat umum dalam waktu yang cukup lama. Tantrumnya berulang beberapa kali dan dilihat oleh banyak orang di sana.

Baca Juga: Anak Tak Mampu asal Gunungkidul yang Sering Dibuli Ini Lulusan Terbaik UNY

Ketika tantrumnya sudah selesai, ada ibu-ibu lewat yang sambil jalan mengatakan “Ini nih ya anak nakal yang dari tadi nangis-nangis saja ya, yang ga bisa diam dari tadi ya, nakal sekali ya, nangis teriak ga berhenti.”

“Pernah juga ketika Kenneth Trevi masih berusia 2 tahun dibilang anak yang ga bisa apa-apa, anak yang bodoh dibanding anak-anak lain yang sudah bisa melakukan banyak hal. Saat itu aku hanya senyum saja ketika Kenneth Trevi dikatakan tidak bisa apa-apa, dan meminta maaf karena sudah membuat kegaduhan. Sejak saat itu, di dalam hati aku selalu mengatakan ke diri aku sendiri, suatu saat akan kubuktikan kalau anakku akan menjadi sosok yang bisa dibanggakan,” kata Yuly.

Menurut Yuly, Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat rentan untuk menjadi bahan bully-an. Mau bagaimanapun, ABK akan selalu terlihat berbeda dibanding anak-anak lain. Perbedaan tersebut yang menjadikannya sebagai objek untuk di-bully.

Baca Juga: Penyanyi Cilik Cheryl Lovelia Siap Jadi Penyanyi Hebat Records

Budaya tersebut terjadi karena kurangnya empati orang-orang terhadap ABK, kurangnya kesabaran ketika harus berhadapan dengan ABK, dan mungkin juga karena ada banyak orang yang tidak tahu dan tidak paham harus bagaimana cara berhadapan dengan ABK. Mereka takut dan menghindar untuk berinteraksi dengan ABK, bahkan hanya jadi bahan olok-olokan bagi mereka.

Yuly berharap, semua ABK bisa diperlakukan sama seperti Non ABK, bisa diterima, dan dirangkul seperti anak-anak pada umumnya. ABK punya banyak keterbatasan, tapi mereka juga sama-sama punya kebutuhan untuk berinteraksi, meski dengan cara yang berbeda.

“Aku berharap masyarakat bisa membersamai mereka, bisa memperlakukan mereka sama seperti orang-orang pada umumnya, tidak mengasihani mereka, tapi kasihi mereka dengan tulus,” kata Yuly.

Baca Juga: Profil Raina Sav, Penyanyi Cilik yang Menjadi Pilihan Baru Penikmat Musik Indonesia

Yuly berpesan, jika ada anggota keluarga kita yang ABK, upaya pertama kali yang harus kita lakukan adalah penerimaan. Ketika kita sudah bisa menerima kondisi anak kita, maka kita juga tidak akan malu, dan akan dengan percaya diri membawa anak kita ke lingkungan sosial.

Setelah itu, barulah kita bisa mengambil langkah selanjutnya dengan memulai terapi, membekali anak untuk kemandiriannya, mencari potensi yang ada dalam diri anak walaupun tidak mudah. Tapi pasti ada potensi yang diselipkan oleh Tuhan pada si anak.

Sebagai orang tua ABK, Yuly selalu menghargai dan mensyukuri progress sekecil apapun yang ditunjukkan oleh anaknya tersebut. Di balik progress kecil itu, percayalah mereka sudah melewati proses perjuangan yang sangat tidak mudah.

Baca Juga: Flash Mob 100 Dalang Cilik di Malioboro Yogyakarta

Dimulai dari kita sendiri sebagai orang tua dan keluarga yang terlebih dahulu menghargai setiap progress kecil tersebut, dan sangat perlu diketahui oleh orang-orang bahwa mereka melewati proses yang tidak mudah untuk mencapai suatu hal yang sangat sederhana. Sehingga orang di luar pun bisa ikut menghargai prosesnya yang tidak mudah. Di sinilah keistimewaan mereka yang sangat perlu kita hargai, bukan untuk di-bully.

Rulli Aryanto, pemilik label musik Senada Digital yang memproduksi dan mendistribusikan lagu-lagu Kenneth Trevi mengatakan, label musiknya tersebut merilis lagu-lagu yang mengangkat isu-isu sosial, religius, motivasi, dan edukasi tanpa disengaja, hanya mengalir saja. Banyak pengalaman yang dilewati untuk jadi pelajaran untuk dirinya pribadi yang selalu ingin ia bagikan ke orang lain.

Hal tersebut sebagai wujud syukurnya kepada Tuhan, atas setiap berkat talenta dan segala yang diberikan kepadanya. Setiap karya yang diproduksi dan dirilis Senada Digital adalah bentuk terimakasihnya kepada Tuhan yang ia kembalikan untuk Tuhan, supaya bisa jadi manfaat yang baik untuk banyak orang.

Baca Juga: Destinasi Wisata Gunung Cilik dan Becici Bantul Hari Ini Listrik Padam

Sebagai seorang penulis lagu dan sekaligus produser, Rulli Aryanto gelisah melihat banyaknya kejadian bullying di Tanah Air. Oleh sebab itu, Rulli Aryanto menulis lagu Anti Bully yang dinyanyikan Kenneth Trevi bersama Ryu Aliester dan Miben Voice. Juga ada lagu Jangan Bully yang juga ia tulis sendiri untuk dinyanyikan Kenneth Trevi.

“Saya mempercayakan lagu Anti Bully, dan Jangan Bully dinyanyikan Kenneth Trevi karena ia korban bullying, supaya dalam membawakan lagu-lagu tersebut akan lebih hidup. Kenneth Trevi sebagai ABK sangat rentan untuk di-bully, besar harapan saya lagu-lagu tersebut mendapat support dari semua masyarakat Indonesia dalam mengkampanyekan gerakan anti bully,” kata Rulli Aryanto.

Lebih lanjut, Rulli Aryanto mengatakan manusia diciptakan sama oleh Tuhan dan ia percaya kita semua sama-sama berharga di mata Tuhan. Jadi saat kita mem-bully sesama manusia berarti secara tidak langsung kita sedang melukai Pencipta-nya. Rulli Aryanto ingin lagu-lagu tersebut menjadi manfaat yang baik untuk kita semua, apalagi bisa dibawakan oleh semua generasi tanpa batas usia. []

Artikel ditulis oleh Muhammad Fadhli

Related posts