BacaJogja – Sebuah patung biawak berukuran raksasa setinggi 7 meter yang berdiri megah di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, menjadi viral di media sosial. Lokasinya yang strategis di jalan nasional penghubung Wonosobo-Banjarnegara membuatnya kian mencuri perhatian warganet.
Patung ini ramai diperbincangkan setelah diunggah oleh sejumlah akun populer di Instagram dan media sosial X (dulu Twitter), salah satunya akun @jawafess. Dalam unggahannya, patung biawak ini dibandingkan dengan patung-patung ikonik lain seperti Tugu Pesut, Patung Gajah, hingga Patung Penyu dari berbagai daerah.
Baca Juga: 9 Marshmallow Mengandung Babi Ditemukan di Indonesia, 7 Sudah Bersertifikat Halal!
Yang membuat publik semakin terpukau adalah klaim biaya pembuatannya yang sangat terjangkau. Bila patung lain disebut menelan anggaran lebih dari Rp 1 miliar, patung biawak ini hanya menelan biaya Rp 50 juta. Unggahan lain dari akun @sosmedkeras pun turut menyindir patung dari daerah lain yang dinilai “kalah jauh” dari segi realisme dan biaya.
“Tugu gajah Gresik dan Tugu Pesut Mahakam menangis melihat karya ini,” tulisnya dalam unggahan viral pada Jumat (18/4/2025).
Berdasarkan pantauan di lapangan, patung biawak tersebut berdiri tegak dan mencolok di tengah jalan nasional. Tak sedikit pengguna jalan yang berhenti sejenak untuk mengabadikan momen bersama patung tersebut.
Baca Juga: Mabuk dan Bawa Celurit lalu Kecelakaan, Dua Remaja Diamankan Polsek Kasihan Bantul
Ketua Karang Taruna Kecamatan Selomerto, Ahmad Gunawan Wibisono, menjelaskan bahwa patung tersebut merupakan hasil inisiatif komunitas pemuda desa, yang terinspirasi dari kegiatan lingkungan hidup. Biawak dipilih karena hewan ini sejak lama menjadi bagian dari ekosistem khas Desa Krasak.
“Awalnya dari kegiatan Karang Taruna bertema lingkungan hidup. Karena biawak masih banyak ditemui di sini, akhirnya muncul ide untuk membuat ikon desa berupa patung biawak,” ungkapnya, Senin (21/4/2025).
Proses pembuatan patung ini memakan waktu sekitar 1,5 bulan dan dikerjakan oleh seniman lokal asal Wonosobo. Meskipun sudah berdiri kokoh, pembangunan kawasan sekitar patung masih dalam tahap penyempurnaan.
Rencananya, taman akan dibangun di sekitar area patung. “Ini sebenarnya belum selesai 100 persen. Nantinya akan dibuatkan taman di sekitarnya,” tambah Ahmad.
Baca Juga: Sri Kusniawati Lapor Kehilangan Keluarga di Malioboro, Ini Ciri-cirinya
Mengenai sumber dana, baik pihak Karang Taruna maupun Kepala Desa Krasak, Supinah, menegaskan bahwa pembuatan patung tidak menggunakan Dana Desa. Dana pembuatan berasal dari program CSR yang disalurkan melalui Pemerintah Kabupaten Wonosobo.
“Memang sempat disebut pakai Dana Desa, tapi itu tidak benar. Semua dari dana CSR yang diajukan oleh pemuda Karang Taruna ke Pemkab,” tegas Supinah.
Supinah mengaku sangat bangga atas keberadaan patung biawak tersebut. Menurutnya, patung ini bukan hanya estetis tetapi juga sarat nilai sejarah dan identitas lokal.
“Nama Desa Krasak sendiri berasal dari suara ‘krasak krasak’ yang dulu sering terdengar saat biawak melintas. Jadi patung ini punya makna penting bagi warga,” tuturnya.
Kini, patung biawak di Desa Krasak tak hanya menjadi ikon baru Wonosobo, tetapi juga contoh nyata bagaimana kreativitas dan kecintaan pada lingkungan dapat melahirkan karya luar biasa dengan anggaran yang efisien. []