Melawan Ombak dan Kabut: Kisah Dramatis Evakuasi Korban Laka Laut Parangtritis

  • Whatsapp
evakuasi korban parangtritis
Detik-detik evakuasi wisatawan terseret ombak Parangtritis. (SAR Parangtritis)

BacaJogja – Ombak besar dan langit mendung menyelimuti Parangtritis pada Senin pagi itu. Ketika mentari belum sepenuhnya muncul dari ufuk timur, sebuah tubuh ditemukan mengapung pelan di antara gugusan karang yang berbahaya, delapan kilometer dari garis pantai. Ia adalah Pujo (35), wisatawan asal Banjarnegara yang menjadi korban laka laut yang selama dua hari dicari tanpa lelah oleh tim SAR gabungan.

Hari itu, 14 April 2025, menjadi akhir dari penantian yang penuh harap dan cemas. Seorang nelayan melaporkan penemuan tubuh di tengah laut pada pukul 04.00 WIB. Tak lama setelah itu, dua jetski milik Pos SAR Gabungan meluncur menerobos badai, hujan, dan kabut pekat menuju koordinat yang dilaporkan.

Read More

“Lokasinya cukup ekstrem, dekat dengan batu-batu besar. Proses evakuasi berlangsung menegangkan karena ombak tinggi dan jarak pandang terbatas,” ujar salah satu anggota tim SAR, Rodhiva Wahyu.

Baca Juga: Kecelakaan Maut di Kulon Progo: Mobil Boks Tabrak Motor dan Robohkan Kios, Suami Istri Meninggal

Meski harus berpacu dengan cuaca dan medan yang tak bersahabat, semangat tim evakuasi tidak surut. Dengan kerja sama dan keahlian yang teruji, tubuh Pujo berhasil dievakuasi dan dibawa ke daratan sekitar pukul 08.00 WIB. Proses identifikasi dilakukan oleh tim INAFIS di Posko SAR sebelum jenazah dibawa ke RS Bhayangkara dan dipulangkan ke rumah duka di Kalibening, Banjarnegara.

Bermula dari Kelalaian

Tragedi ini bermula dari sebuah akhir pekan yang seharusnya menjadi momen bahagia. Pujo bersama rombongan dari Banjarnegara, termasuk Rendy Ardyansah (17), tiba di Pantai Parangtritis pada Sabtu siang. Meski petugas sudah mengimbau agar menjauhi zona berbahaya, keduanya nekat bermain air di area yang dikenal sebagai rip current — arus balik yang kuat dan mematikan.

Gelombang datang tanpa ampun. Rendy berhasil diselamatkan oleh petugas yang berjaga, tetapi Pujo hilang diseret ombak. Dalam hitungan menit, suasana pantai berubah dari riang menjadi kepanikan.

Baca Juga: Misteri Terungkap di Gunung Lawu: Penemuan Motor dan Jenazah Perempuan Diduga Sheila, Mahasiswi UGM yang Hilang Sejak Maret

Sejak Sabtu sore, operasi pencarian dilakukan tanpa henti. Tim SAR Gabungan menyisir pantai dari Karang hingga Depok dengan segala alat: ATV, mobil Strada, jetski, bahkan jaring laut. Namun, laut seakan menyembunyikan jawabannya. Hari berganti malam, dan malam berganti lagi menjadi pagi. Pujo belum ditemukan.

Baru di hari ketiga, ketika langit seolah ikut merunduk dalam keheningan, tubuh Pujo ditemukan. Bukan di dekat pantai tempat ia menghilang, melainkan jauh ke timur, di laut lepas yang tak bersahabat.

“Evakuasi ini adalah hasil dari kerja sama dan dedikasi semua unsur SAR. Kami berterima kasih kepada nelayan yang memberikan laporan, serta semua pihak yang turut terlibat,” kata Pipiet Eriyanto dari Humas Basarnas Yogyakarta.

Baca Juga: Wisatawan Banjarnegara Hilang di Parangtritis, Pencarian Hari Kedua Masih Nihil

Sebuah Pengingat

Pukul 09.15 WIB, apel penutupan operasi SAR digelar. Tim kembali ke satuan masing-masing, membawa pelajaran penting dari misi ini: bahwa laut tak bisa dianggap remeh, dan peringatan petugas bukanlah formalitas semata.

Pujo mungkin sudah pergi, namun kisahnya akan menjadi pengingat yang kuat: bahwa satu kelalaian kecil bisa membawa petaka besar, terutama di hadapan laut yang tak pernah benar-benar tenang. []

Related posts