BacaJogja — Sebuah kampung kecil di Umbulharjo, Yogyakarta, mencuri perhatian dunia arsitektur global. Kampung Mrican Fase 1, hasil karya biro arsitektur SHAU (Suryawinata Heinzelmann Architecture and Urbanism), yang dipimpin Daliana Suryawinata dan Florian Heinzelmann, berhasil meraih Architizer A+Awards 2025 – Popular Choice untuk kategori Urban and Masterplan, mengungguli proyek-proyek dari Amerika Serikat, Inggris, hingga Hongkong.
Penghargaan ini merupakan salah satu yang paling prestisius dalam dunia arsitektur. Proyek Kampung Mrican dipilih langsung melalui voting publik global, menjadikannya simbol keberhasilan pendekatan urban acupuncture Indonesia di panggung internasional.
Transformasi Kampung Lewat Sentuhan Arsitektur Kontekstual
Berada di tengah kawasan padat permukiman, Kampung Mrican Tahap 1 merupakan bagian dari program penataan permukiman yang digagas Kementerian Pekerjaan Umum bekerja sama dengan SHAU. Proyek ini menggunakan pendekatan urban acupuncture — intervensi arsitektural berskala kecil hingga menengah yang dirancang strategis untuk memicu perubahan besar dalam lingkungan urban.
Dirancang dengan prinsip berbasis komunitas, ramah pejalan kaki, dan adaptif terhadap konteks lokal, Kampung Mrican membuktikan bahwa desain yang peka terhadap lingkungan sosial dan iklim dapat menciptakan dampak besar. Proyek ini tidak hanya meremajakan ruang hidup warga, tetapi juga memberi inspirasi baru dalam praktik arsitektur berkelanjutan.
Baca Juga: Sri Sultan Lantik Aria Nugrahadi sebagai Pj. Sekda DIY, Ini Harapannya
Mengungguli Masterplan Miliaran Dolar
Daliana Suryawinata, pendiri SHAU, menekankan bahwa kategori Urban dan Masterplan adalah salah satu yang paling kompetitif. “Proyek-proyek yang kami hadapi berasal dari kota-kota besar dunia dengan anggaran miliaran dolar. Kemenangan Kampung Mrican adalah bentuk disruptif yang membuktikan bahwa strategi Urban Acupuncture ala Indonesia bisa bersaing secara global,” ujar Daliana.
Sementara itu, Florian Heinzelmann menambahkan bahwa kemenangan ini bukan hanya pengakuan bagi SHAU dan Kementerian Pekerjaan Umum, tetapi juga untuk kekuatan desain kontekstual dan partisipatif khas Indonesia. “Kami ingin menunjukkan bahwa arsitektur yang berakar dari komunitas bisa menjadi solusi masa depan perkotaan,” ungkapnya.
Penghargaan Bergengsi dengan Penjurian Kelas Dunia
Architizer A+Awards 2025 melibatkan panel juri bergengsi, termasuk Kongjian Yu (Turenscape), Philippe Block (ETH Zurich), dan Hans Ulrich Obrist (Serpentine Galleries). Proyek dinilai dari aspek bentuk, fungsi, dan dampaknya terhadap masyarakat. Proses voting publik berlangsung dari 5–16 Mei 2025, dengan hanya 5 finalis terbaik dari seluruh dunia yang bisa masuk dalam tahap akhir ini.
Kemenangan Kampung Mrican menandai momen penting bagi arsitektur Indonesia — bahwa desain yang sensitif terhadap konteks lokal dan berbasis pada partisipasi warga bukan hanya relevan, tetapi juga pantas mendapat tempat di panggung global. []