Banjir Bandang Flores Timur 34 Orang Meninggal

  • Whatsapp
Banjir Bandang
Kondisi banjir bandang yang melanda Kabupaten Flores Timur, NTT. (Foto: Istimewa)

Flores Timur – Hujan dengan intensitas tinggi menyebabkan banjir bandang dan longsor melanda sejumlah lokasi di tiga kecamatan di Kabupaten Flores timur, Nusa Tenggara Timur pada Minggu, 4 April 2021 tadi malam. Update sampai pukul 16.00 waktu setempat, dilaporkan 34 orang meninggal dunia.

Kabid KL Badan Penanggulanga Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur Lenny Grachyelln mengatakan, banjir dan longsor yang melanda Kabupaten Flores Timur meliputi Kecamatan Ile Boleng (Desa Lamanele), Kecamatan Adonara Timur (Kelurahan Waiwerang dan Desa Waiburak) dan Kecamatan Wotan ulumado (Desa Oyang Barang).

Read More

Baca Juga:

Data korban jiwa sampai saat ini masih dalam pendataan. “Update tadi siang sebanyak 34 orang meninggal dunia, sembilan orang luka-luka, dua orang hilang serta 49 Kepala keluarga terdampak,” katanya dalam siaran pers yang dipublikasikan oleh Pusdalops BNPB, Minggu, 4 April 2021.

“Update tadi siang sebanyak 34 orang meninggal dunia, sembilan orang luka-luka, dua orang hilang serta 49 Kepala keluarga terdampak”

Untuk rincian korban di Kecamatan Ile Bokeng (Desa Lamanele) korban meninggal 31 orang, lima orang luka-Luka dan sembilan 9 KK atau 20 jiwa terdampak. Di Kecamatan Adonara Timur (Desa Waiburak) tercatat ada empat orang luka-luka sudah dirujuk ke puskesmas dan dua orang hilang. “Di Kecamatan Wotan Ulumado (Desa Oyang Barang) tercatat tiga orang meninggal dan 40 KK terdampak,” katanya.

Menurut Lenny, untuk kerugian materil di Desa Lamanele (Kecamatan Ile) puluhan rumah warga tertimbun lumpur, pemukiman warga sekitar hanyut terbawa banjir. “Jembatan putus di Desa Waiburak Kecamatan Adonara Timur,” katanya.

Baca Juga:

Upaya yang sudah dilakukan dengan menggelar rapat terbatas Bupati, TNI, POLRI dan instansi terkait dengan pembentukan posko penanganan darurat. BPBD Kabupaten Flores Timur melakukan koordinasi dengan instansi terkait.

Lenny mengungkapkan, dalam penanganan dampak banjir dan longsor setidaknya menemui dua kendala. Pertama, akses satu-satunya adalah penyebrangan laut ke Pulau Adonara. Kedua, hujan, angin dan gelombang sehingga pelayaran tidak diperbolehkan. “Kondisi terakhir (pukul 16.00 waktu setempat), hujan disertai angin kencang,” ungkapnya. []

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *