Festival Karawitan Putri Gunungkidul 2025: Nada Tradisi, Suara Perempuan, Semangat Generasi Muda

  • Whatsapp
karawitan
Festival Karawitan Putri Gunungkidul 2025 (Pemda DIY)

BacaJogja – Lantunan gending Jawa menggema syahdu di Taman Budaya Gunungkidul. Panggung dihiasi kain batik dan bunga kenanga, sementara para penabuh perempuan dari 18 Kapanewon bergantian memukul kendang, menabuh saron, dan memetik siter. Festival Karawitan Putri Tingkat Kabupaten Gunungkidul kembali digelar, menjadi ruang aktualisasi dan regenerasi budaya yang mengakar kuat di bumi Mataram ini.

Festival tahunan ini dibuka secara resmi oleh GKBRAyA Paku Alam selaku Wakil Ketua I TP PKK DIY. Dalam sambutannya, Gusti Putri mengapresiasi semangat pelestarian budaya yang diusung festival ini. Menurutnya, karawitan bukan sekadar kesenian tradisional, melainkan juga bahasa rasa, ruang spiritual, dan refleksi kepribadian bangsa.

Read More

“Sudah seharusnya kita merawat, menjaga, dan meneruskan nilai-nilai luhur budaya Jawa, khususnya dalam bidang seni karawitan. Saya percaya, kegiatan seperti ini tidak hanya menghidupkan tradisi, tetapi juga memberi ruang ekspresi dan regenerasi bagi kaum muda untuk bangga menjadi bagian dari budaya adiluhung kita,” tutur Gusti Putri.

Baca Juga: Gempa Tektonik M5,4 Guncang Selatan Jawa, Terasa di Yogyakarta dan Jatim

Ia menambahkan, ketika perempuan menjadi pelaku utama karawitan, yang tercipta bukan hanya harmoni musikal, tapi juga harmoni nilai: antara kelembutan dan keteguhan yang terpadu dalam setiap nada.

Ruang Budaya yang Inklusif

Sementara itu, Wakil Bupati Gunungkidul Joko Parwoto, yang hadir mewakili Bupati, menekankan bahwa festival ini merupakan bagian dari komitmen Pemkab Gunungkidul dalam mendukung kehidupan berkesenian di tengah masyarakat.

“Indonesia harus menjadi negara yang berkepribadian dan berkebudayaan. Dan kita yang tinggal di Jawa punya tugas untuk melestarikan budaya Jawa. Festival ini menjadi salah satu upaya nyata Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk menjaga denyut budaya tetap hidup,” ucapnya.

Festival Karawitan Putri 2025 digelar selama dua hari, 27–28 Mei, dengan format kompetisi yang menghadirkan kelompok karawitan putri dari seluruh 18 kapanewon. Selain penilaian kelompok, panitia juga memberikan penghargaan kepada individu terbaik dalam tujuh kategori seperti pengendang, penyiter, dan penyaron terbaik. Kelompok dari Kapanewon Semanu menjadi penampil pembuka, menyuguhkan komposisi gending yang memukau penonton.

Baca Juga: Ajur Ajer #3: Pameran 32 Warisan Budaya Takbenda DIY 2025, Ini Pesan Sri Sultan

Tradisi yang Terus Bertumbuh

Lebih dari sekadar ajang kompetisi, festival ini menjadi laboratorium budaya tempat generasi muda belajar dan mencintai akar tradisi. Dengan hadiah jutaan rupiah yang diperebutkan, acara ini juga menjadi pemantik semangat para seniman muda untuk terus berkarya dan menjaga api budaya tetap menyala.

Festival Karawitan Putri Gunungkidul membuktikan bahwa karawitan bukan warisan statis, melainkan seni hidup yang terus bertumbuh – menyatu dengan zaman, namun tetap teguh dalam jati diri. []

Related posts