Ajur Ajer #3: Pameran 32 Warisan Budaya Takbenda DIY 2025, Ini Pesan Sri Sultan

  • Whatsapp
upacara bersih kali
Upacara bersih kali, salah satu warisan budaya takbenda DIY. (Ist)

BacaJogja – Di tengah tantangan modernisasi dan derasnya arus globalisasi, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali menegaskan komitmennya dalam melestarikan budaya melalui Perayaan Warisan Budaya Takbenda (WBTb) DIY 2025 bertajuk Ajur Ajer #3 – Bayu Manah. Bertempat di Hotel Royal Brongto Yogyakarta, acara ini berlangsung selama tiga hari, 26–28 Mei 2025, dan menghadirkan 32 karya budaya takbenda yang telah ditetapkan tahun 2024.

Warisan-warisan ini meliputi beragam aspek budaya, mulai dari tradisi lisan, kuliner khas, seni pertunjukan, hingga upacara adat. Di antaranya terdapat Dialek Boso Bagongan, Srimpi Irim-Irim, Ampo Imogiri, Tradisi Emprak, hingga kuliner legendaris seperti Gudeg Bonggol Gedhang dan Kopi Joss. Penetapan ini bukan sekadar pengakuan simbolik, tetapi menjadi tonggak penting dalam memastikan bahwa kekayaan budaya lokal tetap hidup dan relevan lintas generasi.

Read More

Baca Juga: Musik Batu Breksi Bernyanyi: Suara Alam, Peringatan, dan Harapan dari Bekas Tambang di Sleman

Pelestarian Budaya: Dari Seremoni Menuju Aksi Transformatif

Dalam pidatonya, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menegaskan bahwa pelestarian Warisan Budaya Takbenda tidak cukup berhenti pada perayaan atau pengakuan. “Warisan budaya takbenda adalah bagian tak terpisahkan dari jati diri bangsa. Pelestariannya harus menjadi fondasi pembangunan berkelanjutan, bukan sekadar seremoni atau tontonan wisata,” tegasnya.

Sultan menyoroti tantangan yang kini dihadapi: banyak tradisi kehilangan konteks sosialnya, berubah fungsi menjadi komoditas wisata semata. Seni pertunjukan mulai kehilangan regenerasi, keterampilan tradisional tergerus zaman, dan makna ritual perlahan memudar. Oleh karena itu, ia mendorong pendekatan baru yang bersifat partisipatif, transformatif, dan berbasis komunitas, dengan keterlibatan aktif generasi muda.

Ajur Ajer, Buyu Manah: Melebur Tanpa Tercerabut

Tema Ajur Ajer, Buyu Manah dipilih bukan tanpa alasan. Makna filosofisnya mengajak masyarakat untuk bertransformasi tanpa kehilangan jati diri, untuk bergerak mengikuti zaman tanpa meninggalkan akar budaya. Inilah semangat yang ingin diusung oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY dalam menghadirkan pelestarian budaya yang inklusif, hidup, dan berdampak nyata.

“DIY tidak boleh menjadi sekadar etalase budaya,” ujar Gubernur. “Kita harus merawat roh dan esensi dari warisan itu sendiri, agar budaya tidak hanya dipertontonkan, tetapi juga dihidupi.”

Baca Juga: Tragedi di Balik Asap: Kontrakan Terbakar di Bantul, Lansia Kehilangan Nyawa

32 Warisan Budaya Takbenda yang Ditetapkan Tahun 2024

Berikut beberapa karya budaya yang ditetapkan dan dipamerkan dalam ajang ini:

  • Dialek Boso Bagongan
  • Srimpi Irim-Irim
  • Golek Jangkung Kuning
  • Bedhaya Durma Kina Gaya Yogyakarta
  • Ampo Imogiri, Bakda Mangiran, Labuhan Hondodento
  • Tradisi Emprak, Cethil, Adrem, Jadah Tempe, Tempe Pondoh
  • Ayam Goreng Kalasan, Ketan Lupis Yogyakarta, Gudeg Bonggol Gedhang
  • Kopi Joss, Becak Yogyakarta, Cublak Cublak Suweng Yogyakarta
  • Tradisi Sambatan Gunungkidul, Upacara Bersih Kali, hingga Upacara Njajuk Udan Andongasri

Semua karya tersebut bukan hanya menunjukkan keragaman budaya DIY, tetapi juga kekayaan nilai yang hidup di tengah masyarakat.

Baca Juga: Membaca Karya Emha dan Doa: Ambal Warsa Cak Nun ke-72 Digelar di JEC Yogyakarta

Pelaku Budaya sebagai Subjek, Bukan Objek

Sultan Hamengku Buwono X menekankan pentingnya memposisikan pelaku budaya sebagai subjek utama, bukan sekadar objek program pemerintah. Mereka harus mendapat dukungan nyata dalam bentuk pembinaan, perlindungan kekayaan intelektual komunal, serta insentif ekonomi. “Generasi muda khususnya, harus diberi ruang dan alasan kuat untuk merasa terhubung dengan tradisi,” ujarnya.

Lebih dari sekadar pelestarian simbolik, sertifikasi 32 WBTb ini menjadi panggilan untuk bergerak. Momentum ini diharapkan menjadi suntikan motivasi bagi seluruh elemen budaya di DIY, agar regenerasi budaya berjalan dengan sehat, kontekstual, dan berkelanjutan.

Perayaan Ajur Ajer #3 ini menjadi bukti bahwa DIY tidak berhenti pada romantisme masa lalu. Melalui strategi lintas sektor, pelibatan komunitas, dan dukungan kebijakan yang afirmatif, WBTb DIY diarahkan untuk tetap hidup, tumbuh, dan menjadi sumber inspirasi masa kini dan masa depan.

“Penetapan ini bukan akhir, tapi awal dari perjalanan panjang untuk menjaga warisan budaya agar tetap bermakna,” pungkas Gubernur DIY. []

Related posts