BacaJogja – Suara mesin menderu, bau sampah menyengat, dan kesibukan para petugas yang tak henti memilah tumpukan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS 3R) Nitikan, Selasa (14/5/2024). Di sinilah wajah baru pengolahan sampah Kota Yogyakarta dibentuk, setelah penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan memaksa kota mencari solusi mandiri.
TPS 3R Nitikan bukan hanya tempat penampungan, melainkan pusat produksi energi alternatif. Dengan kapasitas pengolahan hingga 75 ton per hari, sampah-sampah yang dikumpulkan dari berbagai depo dan TPS dimasukkan ke conveyor belt, dipilah, dihancurkan, dan dicacah. Hasil akhirnya: Refused Derived Fuel (RDF), bahan bakar alternatif untuk pabrik semen.
Baca Juga: Jadwal SIM Keliling DIY Juni 2025: Lokasi dan Waktu Layanan Terbaru
“Lokasi ini kita maksimalkan untuk pengolahan sampah baru. Kalau sampah lama yang sudah berhari-hari dan berbau, kita kerja samakan dengan swasta,” ujar Ahmad Haryoko, Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan DLH Kota Yogyakarta.
Di TPS 3R Nitikan tersedia satu modul mesin RDF dan tiga unit mesin gibrig. Mesin RDF mengolah sampah anorganik, terutama plastik, menjadi serpihan siap pakai. Sedangkan mesin gibrig berfungsi memisahkan sampah organik untuk dijadikan pupuk.
Setiap hari, sekitar 165 petugas bekerja dalam dua sif dari pukul 06.00 hingga 18.00 WIB. Dari total 75 ton sampah yang diolah per hari, sekitar 35 ton langsung menjadi RDF, sementara 20 ton lainnya butuh proses pengeringan. Sisanya merupakan residu.
Baca Juga: Kecelakaan Tragis di Depan SMPN 3 Playen Gunungkidul: Kakek Meninggal Dunia, Pelajar Luka Serius
Setelah diproses, RDF dikirim ke sejumlah pabrik semen di Cilacap, Kendal, dan Pasuruan yang telah bekerja sama dengan Pemkot Yogyakarta melalui PT Solusi Bangun Indonesia (SBI).
Meski teknologi telah diterapkan, Haryoko menegaskan bahwa keberhasilan pengolahan tetap bergantung pada perilaku warga.
“Kalau masyarakat sudah memilah dan yang dibuang hanya residu, itu akan memudahkan kami untuk mengolah menjadi RDF,” imbuhnya.
Ia mendorong gerakan zero sampah anorganik dan pemanfaatan biopori ala Jogja (Mbah Dirjo) untuk mengurangi sampah organik di hulu.
Baca Juga: Peran Zakat dalam Meningkatkan Produktivitas serta Kesejahteraan Petani
Produksi Sampah Mencapai 180 Ton per Hari
Yogyakarta memproduksi sekitar 180 ton sampah setiap hari. Untuk menyiasati volume itu, Pemkot Yogyakarta tengah membangun TPS 3R serupa di Kranon dan Karangmiri, serta menjalin kemitraan dengan sektor swasta untuk mengolah tambahan 30 ton sampah per hari sejak April 2024.
Saryanto, salah satu petugas yang sudah sepuluh tahun bergelut dengan sampah di DLH Yogyakarta, mengungkapkan bahwa tantangan terberat adalah bau sampah yang masih tercampur.
“Harapannya ke masyarakat, sampah harus dipilah dari rumah tangga. Kalau sudah di sini bisa langsung digiling jadi RDF,” harapnya.
TPS 3R Nitikan tak hanya menjadi simbol ketahanan lingkungan, tapi juga bukti bahwa sampah—jika dikelola dengan serius—bisa jadi sumber energi yang bernilai. []