BacaJogja – Di balik sunyi Kulon Progo yang menyelimuti malam, ketika angin hanya berani berbisik pelan di antara pepohonan, sebuah kisah duka terpatri di aspal Jalan Wates. Selasa malam, 3 Juni 2025, menjadi malam terakhir bagi Drs. H. Sartono, M.A—seorang abdi negara, guru umat, dan ayah dalam rumah. Ia pulang tidak seperti biasa. Ia pulang menuju keabadian.
Sekitar pukul 21.15 WIB, di timur Jembatan Durungan, Kalurahan Giripeni, Kapanewon Wates, sepeda motor Honda Beat berpelat AB-5493-OL yang dikendarainya terhenti secara tragis. Ia menabrak bagian belakang truk Mitsubishi Tronton yang parkir di pinggir jalan dengan posisi sebagian roda masih mencuat ke badan jalan. Truk itu diam, namun ternyata tidak sepenuhnya tanpa salah.
Baca Juga: Kecelakaan di Cepit Bantul: Dua Bocil Tabrak Petugas Linmas hingga Terluka Parah
Benturan keras membuat tubuh Sartono, 59 tahun, terhempas. Luka-luka di wajah, rusuk, tangan, dan kepala membuatnya tak sempat menyelesaikan perjalanan pulangnya malam itu. Meski sempat mendapat perawatan di RSUD Wates, nyawanya tidak tertolong. Duka mendalam menyelimuti keluarga, rekan, dan para murid yang selama ini menerima cahaya dari pemikirannya.
Sartono bukan sekadar pengendara biasa. Ia adalah penghulu di Kantor Urusan Agama (KUA) Lendah dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Agama. Ia adalah sosok yang setiap harinya menuntun orang menuju cahaya, menanamkan nilai-nilai dalam diam, dan menyebarkan makna melalui kata dan laku.
Malam itu, ia baru saja pulang dari menyampaikan ceramah dalam pengajian. Sebuah malam yang seharusnya penuh pahala, berakhir dengan duka di jalan raya.
“Sepeda motor melaju sekitar 70 km/jam dan menabrak truk yang parkir tanpa tanda pengaman,” jelas Ipda Tanto Kurniawan dari Satlantas Polres Kulon Progo.
Baca Juga: Kecelakaan Dua Pengendara Motor di Ring Road Sleman Gegara Anjing Menyeberang Jalan
Sementara itu, sopir truk, Badrudin (55) asal Banyumas, dan kernetnya, Iwan Faozi (31), tidak mengalami luka. Namun, berdasarkan pemeriksaan petugas, Badrudin diketahui tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM). Parkir sembrono tanpa rambu atau tanda darurat kini menjadi bagian dari penyelidikan.
Apakah kecelakaan ini bisa dihindari? Apakah nyawa bisa diselamatkan jika kehati-hatian menjadi kebiasaan? Polisi masih mendalami. Barang bukti diamankan, saksi diperiksa, dan koordinasi dilakukan dengan pihak rumah sakit, Jasa Raharja, serta keluarga korban.
Namun, satu hal tetap tak bisa diulang: waktu.
Jenazah Drs. H. Sartono dimakamkan pada Rabu, 4 Juni 2025, pukul 13.00 WIB, di pemakaman Kauman. Ia meninggalkan duka yang dalam bagi keluarga tercinta:
- Siti Zulaikha (Anak)
- Umar Abdul Azis (Anak)
- Aprilinda Kusumaningrum (Anak)
- Fatimah Az-Zahra (Anak)
Baca Juga: CCTV Kecelakaan Ojol Shopee Food Vs Pemotor di Jalan Parangtritis Bantul: Polisi Ungkap Identitas
Rumah duka berada di Perumahan BSA 2 Njoho, Gunung Gempal RT 24/RW 11, Giripeni, Wates, Kulon Progo—tempat terakhir di mana kenangan dan doa mengantar kepergiannya.
Kerugian materiil memang ditaksir hanya Rp250.000. Namun, kehilangan Sartono adalah kehilangan yang tak bisa dinilai dengan angka. Ia adalah pembawa ilmu, panutan yang pergi dalam diam, di jalan yang gelap, setelah seharian menebar terang bagi orang lain.
Malam itu, langit Kulon Progo kehilangan satu bintangnya. Ia pulang lebih jauh—menuju rumah abadi yang tak bisa dijangkau kendaraan apa pun.
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Sugeng tindak, guru umat. Swargi langgeng. []