Pelajaran dari Komentar Tak Berempati Kecelakaan Purworejo: Pernyataan Herry Poernomo Usai Ditangkap

  • Whatsapp
Herry Poernomo
Herry Poernomo atau Heri Setiawan saat membacakan tiga pernyataan atas komentar tak berempati terkait kecelakaan maut Purworejo. (Ist)

BacaJogja – Nama Herry Poernomo Hadiwidjojo tiba-tiba menjadi sorotan tajam publik, khususnya warga Magelang Raya. Ia menjadi sosok yang paling dicari setelah mengunggah komentar yang dinilai sangat tidak berempati terkait kecelakaan tragis di Purworejo yang menewaskan 11 guru SD IT Mendut, Mungkid, Magelang.

Komentarnya yang ditulis di grup Facebook Info 4 Kota (Magelang, Muntilan, Borobudur, Yogyakarta) menyulut kemarahan publik: “Sukurin, duit dana boss kanggo sangu… Nyewo bandoso.”

Read More

Baca Juga: Guru Alquran dari Magelang Itu Telah Tiada: Kisah Finna dalam Tragedi Kecelakaan Maut Purworejo

Komentar tersebut dinilai mencederai rasa kemanusiaan di tengah duka mendalam. Setelah keberadaannya terdeteksi dan ia diamankan oleh pihak kepolisian, Herry yang memiliki nama asli Heri Setiawan menyampaikan klarifikasi dan permintaan maaf secara terbuka. Berikut tiga pernyataannya:

Bersedia Bertanggung Jawab secara Hukum
“Saya akan kooperatif dan mengikuti seluruh proses hukum yang berlaku,” ujar Heri saat memberikan pernyataan di Polres Temanggung.

Permintaan Maaf kepada Korban dan Masyarakat
Ia mengakui kesalahannya dan menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh pihak yang terdampak, khususnya keluarga korban dan masyarakat luas.

Janji untuk Berbenah dan Lebih Bijak Bermedia Sosial
Heri berkomitmen untuk tidak mengulangi kesalahan serupa dan berjanji lebih bijak dalam menggunakan media sosial ke depannya.

Baca Juga: “Ekspresi Ketika Diajak Keluar Sekolah Sebentar”: Foto Senyum Terakhir Para Guru yang Tak Pernah Kembali

Pesan Moral: Hati-hati dengan Jari, Karena Luka di Hati Tak Mudah Terobati

Media sosial adalah ruang publik. Kata-kata yang kita tulis bisa menjadi cermin kepribadian sekaligus ujian empati. Sebelum mengunggah sesuatu, tanyakan pada diri sendiri: “Apakah ini bermanfaat, bijak, dan berperikemanusiaan?” Karena di era digital, jejak digital bisa lebih tajam dari pisau, dan dampaknya bisa merusak lebih dari yang kita bayangkan. []

Related posts