“Ekspresi Ketika Diajak Keluar Sekolah Sebentar”: Foto Senyum Terakhir Para Guru yang Tak Pernah Kembali

  • Whatsapp
foto guru SD Mendut
Viral foto guru SD IT Mendut Magelang di dalam angkot sebelum musibah datang. (Istimewa)

BacaJogja –  Di balik senyum seorang guru, tersimpan harapan yang tak pernah padam. Harapan agar ilmu yang ditanam tumbuh subur di hati anak-anak bangsa. Siang itu, para guru dari SD Islam Tahfidz Qur’an As Syafi’iyah, Mendut, Magelang, hanya berniat keluar sejenak dari rutinitas sekolah. Mereka ingin melayat, memberikan penghormatan terakhir kepada seorang ulama, KH. Barzakki, di Gebang, Purworejo.

Tapi siapa yang bisa menduga, kepergian mereka justru menjadi perpisahan terakhir.

Read More

Salah satu dari mereka sempat mengabadikan momen di dalam angkot. Tujuh wajah terekam dalam satu bingkai: senyum, tawa, dan semangat kebersamaan. Foto itu diunggah, bersama dengan status WhatsApp yang ringan dan lucu:

“Ekspresi ketika diajak keluar sekolah sebentar 😁.”

Status itu kini viral. Menjadi pamitan terakhir dari jiwa-jiwa yang tak pernah kembali.

Baca Juga: Pengendara Aerox Teriak ‘Klitih’ di Sleman, Pemuda Tak Bersalah Jadi Korban Kekerasan

Tragedi di Kalijambe Purworejo

Rabu, siang 7 Mei 2025. Angkot yang mereka tumpangi melaju di jalur Purworejo–Magelang. Tepat di Desa Kalijambe, Kecamatan Bener, maut menyapa dalam sekejap. Sebuah truk pengangkut pasir, bernomor polisi B 9970 BYZ, meluncur dari arah Magelang. Saat menuruni tanjakan, truk diduga mengalami rem blong, oleng, dan menghantam angkot yang berada di depannya.

Dentuman keras terdengar. Angkot ringsek, beberapa penumpangnya terjepit di dalam. Truk terus melaju, menabrak rumah warga, dan terguling.

Sebelas orang meninggal dunia. Seluruhnya adalah penumpang angkot—guru-guru muda dan sopir mereka. Enam lainnya luka-luka, termasuk warga yang rumahnya tertabrak.

Kapolres Purworejo AKBP Andry Agustiano menjelaskan, “Truk dari utara oleng tak terkendali, menabrak angkot, lalu rumah warga. Kami telah mengamankan sopir dan kernet truk untuk pemeriksaan.”

Baca Juga: Lomba Mancing Kebonkliwon 2025: Perebutkan Hadiah Jutaan Rupiah & Yamaha Mio M3!

Mereka yang Pergi, dan Tak Kembali

Deretan nama korban menjadi barisan duka yang tak terucap. Mereka bukan sekadar angka. Mereka adalah pendidik, pengabdi ilmu, sosok-sosok yang hidupnya untuk anak-anak didik mereka.

  • Aulia Anggi Praktiwi (26), Muntilan
  • Divya Kreswinannda (25), Mertoyudan
  • Isna Hayati (27), Mendut
  • Naely Nur Sadiyah (23), Srambianak
  • Finna Mukarromah (28), Rambeanak
  • Nely Suroya, Paremono
  • Melani Septiani (26), Ambartawang
  • Edy Sunaryo (71), sopir angkot
  • Naqi Umi Rohmah (27), Rambeanak
  • Siti Khur Fatonah (27), Giritengah
  • Hesti Nurngaini Rahayu (24), Wanurejo

Mereka sudah teridentifikasi. Jenazah tersebar di RSUD dr. Tjitrowardojo dan RSUD RAA Tjokronegoro Purworejo.

Enam korban lainnya masih dirawat. Di antaranya Mila Mudianawati, Ayu Salwa, dan Sufita—guru muda yang kini menjadi saksi hidup dari sebuah tragedi yang menyayat hati.

Baca Juga: Kecelakaan Maut Tol Pemalang-Batang: Dua Meninggal, Anggota DPR RI Alamudin Dimyati Rois Luka Berat

Murid-murid yang Menunggu Tanpa Jawaban

Di ruang-ruang kelas tempat mereka biasa berdiri, kini hanya ada keheningan. Buku pelajaran yang belum sempat dibuka kembali, catatan pelajaran yang belum rampung, dan murid-murid yang tak tahu bahwa guru tercinta mereka tak akan pernah pulang.

Bagi keluarga, ini kehilangan yang memilukan. Tapi bagi dunia pendidikan, ini luka yang dalam. Mereka adalah sosok-sosok muda yang membawa cahaya, yang mengajar dengan hati, yang menjadikan kelas sebagai taman ilmu dan kasih sayang.

Kini, cahaya itu padam.

Baca Juga: Edit Wajah 35 Mahasiswi Cantik dengan AI untuk Konten Dewasa, Unud Pecat Sergio

Sebait Status, Sebuah Selamat Tinggal

Satu status WhatsApp. Satu senyuman terakhir. Satu momen kecil yang menyisakan duka besar.

“Ekspresi ketika diajak keluar sekolah sebentar 😁.”

Barangkali tak ada yang menyangka, status ringan itu akan menjadi kata-kata perpisahan. Tapi begitulah hidup. Tak ada yang tahu kapan perjumpaan menjadi perpisahan, dan kapan tawa berubah menjadi air mata.

Selamat jalan, para guru. Ilmu yang kalian tanam akan terus hidup. Dalam doa murid-murid kalian, dalam setiap huruf yang mereka baca, dan dalam setiap cita-cita yang mereka kejar. []

Related posts