Guru Alquran dari Magelang Itu Telah Tiada: Kisah Finna dalam Tragedi Kecelakaan Maut Purworejo

  • Whatsapp
Pemakaman korban
Foto korban kecelakaan maut dan pemakaman Finna (Istimewa)

BacaJogja – Langit Desa Rambeanak, Mungkid, Kabupaten Magelang, tampak sendu pada Kamis pagi, 8 Mei 2025. Isak tangis pecah mengiringi kepergian Finna Mukarromah, 28 tahun, guru muda dan hafizah yang menjadi salah satu korban dalam kecelakaan maut di Jalan Purworejo-Magelang, Kalijambe, Purworejo. Jenazahnya dimakamkan diiringi doa dan air mata, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, sahabat, murid, dan masyarakat yang mengenalnya.

Finna adalah satu dari sebelas korban jiwa dalam tragedi memilukan pada Rabu, 7 Mei 2025. Ia menumpang angkot bersama rekan-rekan sesama guru dari SDIT Qur’an As Syafi’iyah Mendut, tempatnya mengabdi selama bertahun-tahun. Rombongan itu dalam perjalanan untuk melayat keluarga kepala sekolah mereka di Purworejo. Namun takdir berkata lain — sebuah truk menabrak dari belakang, tergelincir, dan menimpa kendaraan yang mereka tumpangi.

Read More

Baca Juga: “Ekspresi Ketika Diajak Keluar Sekolah Sebentar”: Foto Senyum Terakhir Para Guru yang Tak Pernah Kembali

Finna, yang dikenal sebagai pribadi ramah dan lembut, adalah anak pertama dari pasangan Hamam Saefudin dan Pujiyati. Ia juga seorang hafizah yang telah mengabdikan dirinya untuk mengajar Alquran kepada anak-anak di komunitasnya selama lebih dari lima tahun.

“Sosoknya sangat ramah dan mudah bergaul. Dia mengajar ngaji setiap hari dengan penuh kesabaran,” kenang Samsul Huda, Kepala Dusun setempat. “Terakhir saya bertemu dengannya saat pengajian rutin Kamis Wage, tapi kami tak sempat berbincang.”

Pemakaman Finna sempat tertunda karena keluarga menanti kedatangan sang adik dari Bogor. Ia adalah anak kedua dari dua bersaudara dan belum menikah. Saat jenazah tiba di rumah duka pada Rabu malam pukul 19.00 WIB, kepastian tentang kepergiannya pun menyayat hati keluarga yang sebelumnya masih berharap informasi itu keliru.

Baca Juga: Tragedi Purworejo: Status WA Jadi Pesan Perpisahan Terakhir Sebelum Maut Menjemput

Finna bukan hanya guru, bukan hanya penghafal Alquran, tapi juga pelita bagi banyak anak yang belajar darinya. Dalam diam dan kesederhanaan, ia meninggalkan jejak yang begitu berarti.

Tragedi ini mengguncang banyak pihak. Sebelas nyawa melayang — sepuluh di antaranya adalah perempuan muda, para pendidik yang sedang menjalankan misi kemanusiaan: takziah. Mereka adalah Aulia Anggi Praktiwi, Divya Kreswinannda, Isna Hayati, Naely Nur Sadiyah, Finna Mukarromah, Nely Suroya, Melani Septiani, Naqi Umi Rohmah, Siti Khur Fatonah, Hesti Nurngaini Rahayu, dan Edy Sunaryo, sang sopir.

Baca Juga: Tragedi Guru SDIT Mendut Magelang di  Purworejo: Ucapan Tak Pantas Warganet Picu Amarah Publik

Sementara sejumlah lainnya mengalami luka-luka, termasuk beberapa guru dan pemilik rumah yang tertimpa kendaraan akibat insiden itu.

Kematian Finna adalah kehilangan besar. Bagi orangtuanya, murid-muridnya, dan komunitas yang selama ini disinari cahaya keilmuannya. Di balik musibah ini, tersimpan pesan tentang dedikasi dan ketulusan seorang guru — yang bahkan dalam perjalanan terakhirnya, masih mengajarkan tentang cinta, kepedulian, dan pengorbanan. []

Related posts