Mengenang Sejarah Hari Lahir Daerah Istimewa Yogyakarta 13 Maret 1755

  • Whatsapp
ziarah makam kotagede
Pemda DIY melakukan ziarah di Makam Raja-raja Mataram di Kotagede. (Foto: Pemda DIY)

BacaJogja – Pemda DIY merayakan Hari Jadi DIY dengan berbagai rangkaian kegiatan salah satunya ziarah dan tabur bunga di makam raja-raja, para adipati serta leluhur yang telah berjasa bagi DIY. Ziarah dilakukan di tiga lokasi sekaligus yaitu Astana Kuthagede, Astana Pajimatan Imogiri dan Astana Girigondo pada Rabu 6 Maret 2024.

Sekda DIY Beny Suharsono mengatakan, kegiatan ziarah yang dilakukan di tiga astana ini merupakan salah satu rangkaian acara Peringatan Hari Jadi DIY ke-269. “Ini sebagai upaya kita untuk mengenang semangat dari leluhur kita, yang gigih berjuang menentang kolonialisme,” ujarnya di Bangsal Pengapit Astana Kuthagede.

Read More

Baca Juga: Lomba Jemparingan Keraton Yogyakarta Tingkat Nasional 19 Agustus 2023

Beny mengatakan ziarah ini dimaksudkan untuk menguatkan kebanggaan, rasa memiliki atau handarbeni, loyalitas, identitas kewilayahan dan kecintaan terhadap pendiri Mataram, Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman yang merupakan cikal bakal pemerintahan di DIY.

“Berdirinya Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan sebuah perjuangan panjang Pangeran Mangkubumi melawan penindasan dan kekuasaan VOC, serta menentang adanya campur tangan VOC Belanda terhadap Mataram,” jelas Benny.

Dia menjelaskan, di saat Kerajaan Mataram Islam melemah karena pengaruh VOC, Pangeran Mangkubumi tampil menjadi sosok yang memperjuangkan kedaulatan Mataram melawan penindasan VOC. Perlawanan bersenjata tersebut berlangsung selama 9 tahun, hingga terjadinya Perjanjian Giyanti, yang kemudian disusul dengan peristiwa Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat. “Peristiwa tersebut terjadi pada hari Kamis Pon, tanggal 29 Jumadil’awal tahun Be 1680, bertepatan dengan 13 Maret 1755,” ungkapnya.

Baca Juga: Sumodiningrat, Bangsawan Keraton Korban Serangan Raffles di Yogyakarta pada 1812

Pada saat itu, Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I memproklamirkan Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat (separo Nagari Mataram). “Peristiwa tersebut yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi DIY,” tegasnya.

Dalam perjalanan sejarahnya, Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman, menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam menghadapi penjajahan bangsa asing yang berupaya menguasai kembali Republik Indonesia, yang saat itu baru berdiri.

Di awal kemerdekaan Republik Indonesia, Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat di bawah kepemimpinan Sri Sultan HB IX dan Kadipaten Pakualaman di bawah Sri Paku Alam VIII memberikan sumbangsih yang besar, dalam memberi dukungan bagi kemerdekaan. Keduanya menyatakan bergabung ke dalam Republik Indonesia serta mempertahankan eksistensi Republik yang saat itu masih berusia sangat muda.

Baca Juga: Mengenal Nama 10 Bregada Prajurit pada Garebeg Besar Keraton Yogyakarta

“Semangat perlawanan atas penindasan dan kolonialisme yang ditunjukkan oleh raja dan adipati tersebut atau loro-lorone atunggal merupakan warisan Sultan Agung, Semangat perjuangan dan keberanian dalam melawan penjajah, mengalir dalam darah kedua pemimpin, yang merupakan keturunan dari Raja Mataram tersebut,” ungkapnya Sekda DIY tersebut.

Lebih lanjut, Beny menambahkan peristiwa proklamasi Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat ini dipandang bisa memberikan inspirasi bagi generasi muda. Sementara bagi Pemda DIY bisa melakukan reposisi guna meningkatkan pelayanan yang lebih kekinian kepada publik sehingga berdampak kepada masyarakat.

“Selain ziarah, kegiatan lain akan kita lakukan mensinergikan dengan kegiatan yang sudah ada. Jadi ini bukan kegiatan baru tetapi kegiatan yang sudah direncanakan yang dirangkum memperingati Hari Jadi DIY. Kita juga meluruskan penggunaan pakaian adat Jawa gaya Yogyakarta dari Kamis Pahing menjadi Kamis Pon karena kita belajar dari sejarah,” pungkas Beny. []

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *