BacaJogja – Di balik deburan ombak Pantai Parangtritis, ada kisah seorang pemuda yang membawa gairah baru dalam dunia selancar Yogyakarta. Bima Sepiawan, anak asli Parangtritis, mengukir jejak dengan mendirikan Hauw Surf Board, satu-satunya tempat pembuatan dan reparasi papan selancar di Yogyakarta.
Sejak 2012, Bima telah akrab dengan laut dan papan selancar. Ia mengikuti berbagai kompetisi dan mengasah kemampuannya dalam menaklukkan ombak. Namun, keinginannya tidak berhenti pada berselancar saja. Ia ingin lebih—membuat sendiri papan yang ia gunakan.
Demi mewujudkan impian itu, ia merantau ke Bali dan belajar langsung dari industri papan selancar ternama. Setelah bertahun-tahun mendalami ilmu dan teknik pembuatan papan, pada 2022 ia kembali ke kampung halamannya dan memulai Hauw Surf Board.
Baca Juga: KAI Wisata Dukung Mudik Lebaran 2025: Layani 23.090 Peserta dengan MICE Berkualitas
Menciptakan Papan Selancar dari Daur Ulang
Di workshop kecilnya di Mancingan, Kalurahan Parangtritis, Bima mengolah stereofoam menjadi papan selancar berkualitas tinggi. Menariknya, bahan yang digunakan tak melulu baru. Ia memanfaatkan stereofoam dari papan rusak atau limbah elektronik besar seperti kulkas dan mesin cuci. Dengan presisi tinggi, bahan ini dipotong sesuai desain yang diinginkan, kemudian dilapisi fiberglass, dipasang sirip, dan menjalani proses finishing hingga siap mengarungi ombak.
Setiap papan membutuhkan waktu sekitar satu minggu untuk selesai. Harganya bervariasi, mulai dari Rp4 juta hingga Rp8 juta, tergantung ukuran dan desain. Meski masih mengandalkan pemasaran melalui media sosial, karya Bima telah menembus pasar hingga Solo, Surabaya, dan bahkan Kepulauan Mentawai, salah satu surga bagi peselancar dunia.
Tak Sekadar Membuat, Juga Merawat dan Mengajar
Selain memproduksi papan baru, Hauw Surf Board juga melayani reparasi papan selancar. Dengan tarif mulai dari Rp50 ribu hingga Rp600 ribu, papan yang pecah atau patah bisa kembali seperti baru.
Baca Juga: Viral Patung Penyu Raksasa Rp15 Miliar di Sukabumi Rusak: Ternyata Hanya Terbuat dari Kardus
Tidak hanya itu, Bima juga berbagi ilmunya lewat kursus berselancar. Dengan biaya Rp250 ribu untuk sesi 1,5 jam, pemula diajarkan teknik dasar surfing di Pantai Parangtritis. Keamanan menjadi prioritas utama, dengan perlengkapan yang memadai dan instruktur berpengalaman. Kursus ini terbuka untuk semua usia, dari anak-anak hingga dewasa, dan menjadi bagian dari komunitas selancar Parangtritis yang semakin berkembang.
Selancar, Olahraga, dan Penyelamatan
Lebih dari sekadar olahraga dan wisata, selancar di Parangtritis juga memiliki dimensi sosial. Para peselancar sering kali menjadi garda terdepan dalam penyelamatan pengunjung yang terseret arus. Dengan keterampilan dan pengalaman mereka, banyak nyawa telah terselamatkan dari ganasnya ombak laut selatan.
Bima Sepiawan dan Hauw Surf Board bukan hanya menghadirkan papan selancar, tetapi juga menghidupkan semangat baru bagi dunia surfing di Yogyakarta. Dari pantai selatan yang eksotis, ia membuktikan bahwa semangat dan inovasi bisa membawa ombak perubahan ke mana saja, bahkan hingga ke Mentawai. []