BacaJogja – Komunitas pecinta motor trail klasik Jogja Vintage Trail Club berencana menggelar acara “Kopdar Grudukan” pada Kamis malam, 1 Mei 2025, pukul 20.00 WIB di kawasan Kotabaru, tepatnya di area Masjid Syuhada. Acara ini rencananya akan diramaikan oleh komunitas Hasoe Angels dan mengambil tema “Dresscode Badjoe Jadoel”, yang mengajak para peserta untuk tampil dengan gaya jadul yang khas era 70-80-an.
Dengan nuansa nostalgia dan semangat kebersamaan anak motor, acara ini mengusung konsep nongkrong santai sambil mengenang kejayaan motor trail klasik di bawah gemerlap kota Jogja. Poster digital yang tersebar menampilkan para pengendara muda mengenakan helm retro, bercengkerama di warung kopi dengan latar belakang ikonik Tugu Jogja, serta suasana malam yang akrab dan penuh kehangatan.
Baca Juga: Pemda DIY Pastikan Pengembalian Simpanan Nasabah BUKP Wates dan Galur Kulon Progo
Namun, rencana kopdar ini ternyata menuai penolakan dari pihak Pendidikan Kader Masjid Syuhada (PKMS). Melalui Surat Pernyataan Keberatan Nomor: 134/B/PKMS/IV/2025, Direktur PKMS, Abda Syahirul Alim, menyampaikan kekhawatiran atas dampak acara tersebut terhadap lingkungan masjid.
“Dengan ini kami menyatakan bahwa Kopdar tersebut berkemungkinan bersifat provokatif dan berdampak kurang baik terhadap Masjid dan lingkungan sekitarnya,” tulis Abda dalam surat yang dirilis pada 30 April 2025.
PKMS secara resmi menyampaikan keberatan atas penggunaan area sekitar Masjid Syuhada untuk kegiatan komunitas motor tersebut, mengingat kawasan itu merupakan zona pendidikan dan dakwah yang perlu dijaga kondusivitasnya.
Baca Juga: Menelusuri Kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta: Jejak Sejarah di Pusat Kota
Acara komunitas seperti ini memang kerap menjadi dilema di tengah kota. Di satu sisi, kegiatan tersebut menjadi ruang ekspresi kreatif dan kebersamaan anak muda pecinta otomotif klasik. Namun di sisi lain, potensi kebisingan dan keramaian di malam hari dinilai dapat mengganggu kegiatan ibadah maupun ketenangan lingkungan sekitarnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari panitia penyelenggara terkait tanggapan atas keberatan yang disampaikan PKMS. Diharapkan ada komunikasi terbuka antara kedua pihak agar semangat komunitas tetap dapat tersalurkan tanpa mengganggu harmoni kawasan bersejarah seperti Kotabaru dan Masjid Syuhada. []