BacaJogja – Jika Anda sedang menyusuri lorong-lorong Pasar Beringharjo di kawasan Malioboro, Yogyakarta, jangan heran jika hidung Anda tiba-tiba menangkap aroma asap bakaran yang menggoda selera. Bukan dari restoran mewah atau warung makan besar, melainkan dari gerobak-gerobak sederhana yang menawarkan satu menu khas penuh nostalgia dan rasa: Sate Kere Beringharjo.
Nama “sate kere” mungkin terdengar aneh, bahkan lucu bagi sebagian orang. Dalam bahasa Jawa, “kere” berarti miskin. Dahulu, menu ini lahir sebagai solusi bagi mereka yang tidak mampu membeli daging. Sebagai gantinya, jeroan seperti usus, paru, dan hati sapi menjadi bahan utama yang kemudian dibakar dengan bara arang dan disajikan dengan bumbu khas.
Baca Juga: Langkah Gunungan, Irama Toleransi: Yogyakarta Merayakan Harmoni Lintas Iman
Namun, zaman telah bergeser. Kini, Sate Kere Beringharjo bukan lagi makanan alternatif, melainkan kuliner favorit yang diburu banyak orang—dari warga lokal hingga wisatawan mancanegara.
Cita Rasa Sederhana yang Mengikat Kenangan
Setiap tusuk sate disiapkan dengan penuh ketelatenan. Aroma asap dari arang yang membakar jeroan atau daging sapi langsung memikat siapa pun yang lewat. Bumbu kacang yang gurih atau bumbu kecap pedas manis menjadi pelengkap sempurna yang menggoda lidah. Tak sedikit pedagang yang menambahkan sentuhan khas masing-masing, membuat pengalaman mencicipi sate kere menjadi berbeda di setiap gerobak.
“Kalau ke Jogja, belum lengkap rasanya kalau belum makan sate kere di Beringharjo,” ujar Rini, seorang wisatawan asal Jakarta yang mengaku selalu menyempatkan diri mampir setiap kali berkunjung ke kota ini.
Baca Juga: Aksi Heroik Penyelamatan 4 Wisatawan Terseret Ombak Parangtritis
Kuliner Rakyat di Tengah Pusat Keramaian
Lokasinya di sekitar Pasar Beringharjo—salah satu pilar kawasan Catur Tunggal Yogyakarta bersama Keraton dan Alun-alun—membuat sate kere mudah ditemukan dan hampir tak pernah sepi pembeli. Harga yang ramah di kantong, mulai dari Rp3.000 hingga Rp5.000 per tusuk, dengan ukuran sate yang cukup besar, menjadikannya pilihan ideal bagi siapa saja yang ingin mencicipi kuliner khas tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam.
Tak perlu khawatir bagi Anda yang tak menyukai jeroan—banyak penjual kini juga menyediakan pilihan daging sapi biasa agar semua kalangan bisa menikmati.
Sate Kere Beringharjo bukan hanya makanan, tetapi bagian dari narasi budaya dan sejarah Yogyakarta itu sendiri. Di balik rasa gurih dan aroma asap yang melekat, ada kisah tentang kreativitas rakyat kecil yang menyulap keterbatasan menjadi cita rasa tak terlupakan. Tak heran, kuliner ini menjadi ikon yang patut dicoba setiap kali menginjakkan kaki di Kota Gudeg. []