Aktor Pemilu 2024 Sama, yang Beda Hanya Waktu Saja

  • Whatsapp
diskusi paramadina
Diskusi Puasa dan introspeksi kebangsaan di Paramadina. (Foto: Istimewa)

BacaJogja – Wakil Rektor Universitas Paramadina Handi Risza Idri memandang bahwa Paramadina sebagai sebuah lembaga tempat untuk menyampaikan berbagai aspek mengenai pemikiran-pemikiran kebangsaan.

“Dalam konteks kebangsaan, banyak sekali spekulasi yang membuat kita sebagai masyarakat bertanya-tanya mengenai pemerintahan saat ini. Dalam konteks kebangsaan, ini dianggap sebagai Machiavelli baru atau asal menang dan semuanya dipandang atas dasar kekuasaan,” ujarnya dalam diskusi yang diselenggarakan Universitas Paramadina, PIEC dan Yayasan Persada Hati bertema “Puasa dan Introspeksi Kebangsaan di Universitas Paramadina Cipayung pada Jumat, 22 Maret 2024.

Read More

Handi mengingatkan pada Pemilu 2024, aktor yang ada sebenarnya sama sehingga yang membedakan hanya waktu saja. “Perbuatan dengan menghalalkan berbagai cara terus dilakukan, maka dikhawatirkan akan terjadi kembali pada pemilu 2029 nanti,” tuturnya.

Baca Juga: Percakapan Pasca Pengumuman KPU

Dia menyatakan pada dasarnya kebijakan publik akan baik, jika penyelenggaraan pemilunya berjalan dengan baik. “Dalam konteks ramadhan, tulisan Cak Nur memiliki semangat atau ruh untuk terus memperbaiki keadaan bangsa. Sehingga value mencintai negara, mencintai agama dan mencintai ilmu pengetahuan,” urainya.

Handi melihat bagaimana pemimpin itu dipergilirkan masuk di dalamnya orang-orang yang fasik. “Self correction atau self examination dapat merubah kebiasaan-kebiasaan, jika tidak dilakukan akan pergi begitu saja dan tidak membawa keuntungan” imbuhnya.

Baca Juga: Hoaks dan Fenomena Post Truth yang Menggeser Kebenaran

“Jika yang berbuat salah tidak pernah dihukum, maka akan terus berulang kejadian-kejadian seperti ini. Dampaknya akan dirasakan oleh yang muda-muda, sehingga harus dihimbau, disuarakan dan diajak untuk melakukan koreksi diri, koreksi perjalanan bangsa kita saat ini apakah sudah benar. Menjalankan pemerintahan negara ini dengan jujur dan terbuka,” jelas Handi.

Ketua Paramadina Institute of Ethics and Civilization (PIEC) Pipip A. Rifai Hasan menyarakan, pelanggaran-pelanggaran dan penyelewengan sudah terjadi, sehingga tidak dapat diubah lagi. Tetapi kampus harus terus mendorong setiap permasalahan mengenai kecurangan-kecurangan dalam pemilu.

Baca Juga: Aksi di Titik Nol dan Bentangkan Spanduk Rakyat Menolak Jokowi Berlebaran di Jogja

Dia mengatakan, pada saat momen puasa ini seharusnya dapat melahirkan perilaku sesuai ajaran Islam. Puasa yang tidak hanya bersifat ritual saja tetapi juga dengan konsekuensi sosial.

“Sebenarnya suara yang ada saat ini mengenai pemilihan presiden dan lain sebagainya, seharusnya sudah ada suara dan gagasan dari kampus sejak awal,” katanya. []

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *