BacaJogja – Menelusuri sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, tidak terlepas dari peran para kiai dan perkembangan pesantren yang menjadi pilar penyebaran Islam di wilayah ini.
Pada era Kerajaan Mataram Islam, wilayah Jejeran Wonokromo berperan penting sebagai pusat penyebaran agama Islam. Terletak di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, Dusun Jejeran Wonokromo dikenal sebagai desa religius dengan banyak pesantren yang berkembang di sana. Keberadaan pesantren-pesantren ini menjadikan Wonokromo sebagai pusat studi Islam yang vital pada masa itu.
Dusun Jejeran, yang terletak di Kelurahan Wonokromo, merupakan tempat bersejarah dalam pendirian dan perkembangan Nahdlatul Ulama di Bantul, Yogyakarta. Di daerah yang berjarak sekitar 10 km dari Keraton Yogyakarta ini, terdapat sosok Kiai Nawawi, seorang ulama yang mendapat amanah mendirikan jam’iyah ini langsung dari KH Abdul Wahab Hasbullah.
Baca Juga: Hujan Es Landa Yogyakarta: Penyebab, Dampak, dan Langkah Mitigasi
“Dalam pertemuan itu, Kiai Wahab memberi amanat kepada Kiai Nawawi untuk mendirikan NU di tempat tinggalnya. Sayangnya, tidak ada informasi yang tepat kapan dan di mana pertemuan itu terjadi. Saya taksir peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1930-an,” terang Kiai Damanhuri, Rais Syuriah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bantul, Jumat (28/2/2025).
Amanat itulah yang diyakini menjadi titik awal pendirian dan perkembangan NU di Bantul. Perjalanan panjang organisasi ini turut diwarnai oleh kiprah para ulama serta kontribusi lembaga pendidikan yang menjadi fondasi kuat penyebaran ajaran Ahlussunnah wal Jamaah di wilayah ini.
Peran Kiai dan Gerakan Dakwah NU di Bantul
Kiai Damanhuri melanjutkan kisahnya tentang peran besar gerakan dakwah para kiai dalam mengembangkan pendidikan Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah.
“Pada tahun 1955, pengajian-pengajian NU di Bantul sangat semarak, terutama pada Pengajian Ahad Pagi di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Bantul, yang dirintis oleh KH Abdul Qodir Munawwir. Pengajian ini menjadi kegiatan rutin yang tidak hanya diperuntukkan bagi santri, tetapi juga terbuka untuk masyarakat umum,” tambah Kiai Damanhuri.
Baca Juga: Rekomendasi Tempat Ngabuburit Terbaik di Jogja 2025, Wajib Dikunjungi!
Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak telah berkiprah lebih dari satu abad sejak didirikan pada tahun 1911. Pengajian Ahad Pagi menjadi bukti nyata kontribusi pesantren dalam memperdalam ilmu agama, khususnya Al-Qur’an, bagi warga Nahdliyin.
Seiring waktu, pendidikan NU di Bantul semakin berkembang. Pada tahun 1965, didirikan Pendidikan Guru Agama (PGA) 4 Tahun Mualimin Gandekan (sekarang MAN 1 Bantul) oleh Yayasan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama di Dusun Gandekan, Kelurahan Bantul, Kecamatan Bantul. Beberapa tokoh yang terlibat dalam pendirian sekolah ini antara lain KH Mabarun, KH Hamdani, KH Dalhar Sahroni, dan KH Humam Bajuri.
Dua dasawarsa kemudian, KH Humam Bajuri diangkat sebagai Rais Syuriyah PCNU Bantul periode 1987–1995. Di bawah kepemimpinan pendiri Pondok Pesantren Al-Imdad ini, NU semakin berkembang, termasuk dengan peresmian kantor PCNU Bantul oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Ketua Umum PBNU saat itu, pada tahun 1987.
Baca Juga: Konsumsi Daging Saat Puasa Ramadan: Tips Sehat Agar Stamina Terjaga
Kantor tersebut dibangun di atas tanah wakaf Sugiyono yang diserahkan pada tahun 1983 dan mulai dibangun pada tahun 1986. Kantor PCNU Bantul ini berlokasi di Jalan Marsda Adisucipto No. 45, Karangbayam, Bantul.
Seiring berjalannya waktu, gedung PCNU Bantul terus mengalami renovasi untuk meningkatkan kenyamanan dan fungsi pelayanan organisasi. Setelah proses renovasi selesai, pada tahun 2015, gedung tersebut diresmikan oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj.
“Keberadaan gedung dan fasilitas yang semakin representatif merupakan upaya PCNU Bantul dalam meneruskan perjuangan para kiai dan mengembangkan organisasi,” ungkap Prof. Dr. Riyanta, Ketua Tanfidziyah PCNU Bantul, Jumat (28/2/2025). (Markaban Anwar)